Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Sebuah Panggung Perpisahan

15 April 2020   00:02 Diperbarui: 15 April 2020   00:30 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Piala Dunia 1990 (Alamy.com)

Bicara soal Piala Dunia 1990 di Italia, kebanyakan orang, biasanya akan langsung menyebut sejumlah momen terkenal, yang menghiasi turnamen ini.

Ada yang mengingat momen kejayaan Jerman arahan Franz Beckenbauer. Ada yang mengingat aksi "goyang bahu" Roger Milla (Kamerun). Ada juga yang mengingat momen sedih Paul Gascoigne (Inggris).

Semua momen itu, dan berbagai momen lain yang turut mewarnainya, turut mengisi ingatan pecinta sepakbola dari waktu ke waktu.

Tapi, diantara semua momen itu, ada satu catatan sejarah cukup menarik. Dimana, turnamen ini menjadi satu panggung perpisahan, bagi satu regulasi lawas, dan tiga negara Eropa Timur. Uniknya, turnamen ini sekaligus menjadi penampilan penutup Jerman Barat.

Secara regulasi, Piala Dunia 1990 menjadi "panggung perpisahan" untuk sistem poin gaya lama. Dimana, nilai sebuah kemenangan masih dua poin. Sistem ini menciptakan tren bermain defensif, dan mencapai puncaknya di turnamen ini.

Tak heran, kritik muncul dari berbagai pihak. Alhasil, FIFA lalu mengubah nilai poin kemenangan bukan hanya dua, tetapi tiga. Di Piala Dunia, aturan tiga poin ini mulai berlaku pada Piala Dunia edisi 1994 di Amerika Serikat hingga kini.

Di sisi lain, Piala Dunia 1990 menjadi panggung perpisahan tiga negara Eropa Timur, yakni Uni Soviet, Cekoslovakia, dan Yugoslavia.

Seperti diketahui. Uni Soviet bubar di tahun 1991, disusul Yugoslavia tahun 1992. Sementara itu Cekoslovakia bubar di awal tahun 1993.

Meski begitu, cerita kiprah mereka di Italia agak berbeda. Uni Soviet yang datang sebagai tim finalis Piala Eropa 1988 justru babak belur di fase grup. Dari tiga kali bermain, tim Beruang Merah selalu kalah dengan kebobolan dua gol, yakni versus Argentina (kalah 0-2), Romania (0-2) dan Kamerun (1-2).

Rinat Dasayev (IFFHS.de)
Rinat Dasayev (IFFHS.de)
Capaian ini jelas sebuah kemunduran drastis, karena mereka datang dengan materi pemain nyaris sama dengan saat Euro 1988, dengan kiper Rinat Dasayev sebagai kapten tim, dan Valeri Lobanovskiy sebagai pelatih.

Ini menjadi penampilan penutup yang menyedihkan bagi Uni Soviet, karena setahun setelahnya negara ini bubar. Kini, negara-negara eks Uni Soviet mencakup wilayah Asia Tengah (misal, Uzbekistan dan Kazakhstan) dan sebagian Eropa Timur (misal Rusia dan Ukraina).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun