Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dua Kali Tigabelas

14 September 2018   23:16 Diperbarui: 14 September 2018   23:31 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Huffington Post

"Selamat ulang tahun"
"Happy birthday. Wish you all the best. Gbu"

Itulah kalimat-kalimat yang sepanjang hari berdatangan di ponselku, baik berupa chat, maupun postingan di medsos. Ya, hari Sabtu nan cerah itu adalah hari ulang tahunku yang ke 26. Tapi, ulang tahun kali ini sedikit berbeda dari biasanya, karena untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, aku tak begadang di malam sebelumnya, menunggu tengah malam datang, dan berdoa ditemani kesunyian malam.

Entah kenapa, di hari Jumat itu aku merasa sangat mengantuk. Waktu masih menunjukkan pukul delapan malam, saat aku terlelap dalam dekapan mesra sang bantal. Tidurku malam itu tanpa mimpi, sungguh damai. Inilah momen langka buatku. Biasanya, aku hanya akan tidur, saat tubuhku berkata, "Waktunya tidur, Bro!". Ini memang tak biasa, ada apa?

Keherananku itu akhirnya terjawab, saat waktu masih menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Saat itu, lengan kiriku terasa sangat dingin, seperti ada yang baru saja memegangnya. Aku terbangun dan tersenyum, karena momen itu mengingatkanku pada kebiasaan mendiang Opaku dulu, tiap kali membangunkanku di pagi hari.

Entah dapat tenaga dari mana, tangan Opa selalu sedingin es tiap kali melakukannya. Setelah melakukan jurus tangan dingin itu, ia selalu berkata, "Ayo bangun, sudah pagi.". Nada bicaranya selalu tenang, suaranya lirih, tapi entah kenapa selalu bisa membuatku bangun dan segera bersiap-siap, layaknya seorang serdadu mendengar alarm tanda bahaya. Satu-satunya hal yang kutahu, selalu ada wibawa dan ketegasan luar biasa kuat, dibalik suara khasnya itu.

Kebiasaan serupa juga dilakukan Opa, tiap hari ulang tahunku tiba. Dengan jurus tangan dingin-nya, ia membangunkan aku, lalu menjabat erat tanganku sambil berkata, "Selamat ulang tahun!", sambil tersenyum lebar. Sayangnya, kebiasaan itu sudah tak lagi ada, karena opa sudah berpulang empat tahun silam. Aku tak pernah mengalaminya lagi, sampai momen aneh itu mendadak datang.

Awalnya, aku merasa bingung, "Ada apa ini?". Tapi, dalam suasana sepi khas dinihari itulah, aku tiba-tiba teringat, ini hari ulang tahunku. Inilah saatnya aku  merenung sejenak, melihat kembali semua yang sudah lewat, dan yang sudah menunggu di depan. Disinilah aku akhirnya menyadari, apa maksud dari rangkaian hal tak biasa yang kualami di hari ulang tahunku kali ini.

Ingatanku melayang ke masa lalu. Aku melihat perjalananku sampai saat ini, aku memang punya nasib campur aduk: beruntung sekaligus mengenaskan. Beruntung, karena bisa menuntaskan studi, punya teman-teman dan keluarga yang unik. Mengenaskan, karena aku sering bernasib buruk, akibat kekurangan fisik yang aku punya sejak lahir.

Aku memang tak bisa memilih, lahir dimana dan dengan kondisi apa. Tapi jujur saja, kondisiku ini sering membuatku jengkel. Usaha mati-matian semasa studi, selalu mentah oleh masalah fisik. Dan, masalah fisik ini selalu jadi alasan bagi banyak orang, untuk memberi segudang kata mutiara, yang sebenarnya tak lebih dari cara memperhalus kata-kata, "kamu ditolak!".

Mungkin cara itu terlihat sangat sopan. Tapi buatku, itu sangat menjijikkan. Apa susahnya berkata jujur? Aku tak butuh kata-kata mutiara nan munafik itu, aku hanya butuh kejelasan, ya atau tidak, lolos atau gagal. Sesederhana itu.
Bagiku, kata-kata mutiara dalam kondisi seperti itu seperti menggarami luka, tak berguna.

Setelah menerima motivasi demi motivasi, dan sempat menjadi pekerja serabutan, akhirnya aku mendapat pekerjaan tetap di sebuah hotel, berkat bantuan Bang Toyib (seniorku semasa kuliah), dan Bang Jali (teman Bang Toyib). Belakangan, aku tahu, ternyata Bang Jali adalah 'jagoan lokal' di pusat kota. Awalnya, aku merasa sangat lega, dapat pekerjaan tetap, dengan gaji layak untuk ukuran jomblo sepertiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun