Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama FEATURED

Mengenang Ronaldinho, "The Smiling Magician"

18 Januari 2018   12:04 Diperbarui: 28 Juni 2022   07:35 2657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pecinta sepak bola, pasti punya cerita masing-masing, soal pertemuan awal mereka dengan olah raga satu ini, termasuk Anda dan saya. Well, pertemuan awal saya dengan sepak bola, terjadi  di Piala Dunia 2002, tepatnya, pada laga perempatfinal, antara Inggris Vs Brasil, yang dimenangkan Brasil dengan skor 2-1.

Dalam laga itu ada dua sosok yang langsung menarik perhatian saya yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar. Sosok pertama adalah Michael Owen, pencetak gol Inggris. Sedangkan, sosok kedua adalah Ronaldo de Assis Moreira alias Ronaldinho, pencetak gol kedua Brasil. 

Owen yang kala itu masih membela Liverpool adalah penyerang klinis berkecepatan tinggi. Karena Owen-lah, saya menjadi penggemar Liverpool. Sementara itu, Ronaldinho sungguh memukau saya, dengan aksi individu, dan gol tendangan melengkungnya di laga itu. Di akhir turnamen, Tim Samba keluar sebagai juara. Selain Piala Dunia 2002, Ronaldinho juga sukses juara Copa America edisi 1999, dan Piala Konfederasi 2005.

Jika Owen membuat saya menjadi penggemar Liverpool, Ronaldinho memberi saya cara pandang tersendiri dalam hal menikmati sepak bola. Lewat teknik individunya yang memukau, saya diajak melihat, sepak bola adalah sebuah keindahan dan kegembiraan, bukan sebatas menang atau kalah. Memang, pemain yang memulai karirnya di klub Gremio (Brasil) ini, kerap menampilkan aksi individu memukau, dan mencetak gol indah.

Namanya mulai dikenal di Eropa dan dunia, saat ia membela PSG tahun 2001-2003, jauh sebelum klub itu menjadi seperti sekarang. Di PSG, Ronaldinho berhasil meraih satu gelar Piala Intertoto (kompetisi antarklub Eropa kasta ketiga, kini sudah dibubarkan) tahun 2001. Dinho lalu pindah ke Barcelona, dan menjadi bintang besar di sana. 

Di Barca, pemain dengan senyuman gigi kelincinya ini, sukses menjadi "public darling", berkat aksi-aksi ajaibnya, yang selalu menarik untuk ditunggu.

Selain dihormati suporter klubnya, Dinho juga dihormati suporter lawan. Momen yang menjadi bukti sahihnya, adalah saat Barca menang 3-0 pada laga El Clasico di Santiago Bernabeu, 19 November 2005. 

Kala itu, setelah Barca unggul 1-0 di babak pertama, berkat gol Samuel Eto'o, Dinho mencetak sepasang gol lewat aksi individu memukau, dan mendapat "standing ovation" dari fans tuan rumah, sebuah momen yang begitu langka. Bahkan, seorang Lionel Messi saja tak pernah mendapatkannya, meski rajin mencetak gol di Bernabeu.

Momen itu, menjadi penanda masa puncak karir Dinho, yang meraih 2 gelar La Liga, 1 gelar Liga Champions, dan 2 gelar Piala Super Spanyol bersama Barca. 

Secara individu, Dinho sukses meraih 1 gelar Ballon d'Or (2005), dan sepasang trofi Pemain Terbaik Dunia versi FIFA (2005 dan 2006). Dan, Dinho sangat beruntung, masa puncak kariernya tak berada di "jaman now". Karena, jika masa puncaknya berada di "jaman now", bisa jadi para fans CR7 atau Lionel Messi akan meributkannya.

Sayang, segera setelah masa puncak itu, karier Dinho tak pernah sama lagi. Setelah gagal juara bersama timnas Brasil di Piala Dunia 2006, ia akrab dengan masalah cedera dan indisipliner. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun