Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Terkait Harga Layak BBM: Plastik Berbayar, Pengalihan Isu kah?

2 Maret 2016   09:21 Diperbarui: 2 Maret 2016   10:01 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Maaf, Premium Habis... (sumber gambar: okezone.com)"][/caption]Beberapa hari atau beberapa minggu belakangan, Kita mungin disibukkan dengan berbagai berita mengenai perjalanan Rio Haryanto melangkah ke Formula1, kebijakan plastik berbayar, upaya penggusuran Kalijodo oleh Gubernur Ahok dkk, atau berita remeh temeh kasus Saiful Jamil. Deretan topik hangat itu seperti tidak memberi tempat untuk berita mengenai dinamika harga minyak dunia.

Harga minyak dunia sempat anjlok menyentuh angka sekitar 28 dollar AS per barel pada pertengahan Januari lalu, sejak Iran bebas dari sanksi (sumber: bbc.com). Awal februari 2016, minyak sempat menyentuh harga 34,24 dollar AS per barrel (sumber: kompas.com dan okezone.com). Kemarin (1/3) harga minyak harga minyak mentah Brent –yang menjadi acuan harga minyak global-  sedikit menguat pada angka 35,97 dollar AS per barel (sumber), berkat stimulus China.

Akhir-akhir ini harga minyak dunia memang dinamis, tetapi dalam rentang 30 hingga 35 dolar per barel. Menyikapi harga minyak yang bisa disebut murah, lantas berapa seharusnya harga BBM di Indonesia?

Dalam siaran di kompas.com akhir Januari 2016, pengamat energi UGM mengatakan bahwa dengan melihat perkembangan harga minyak dan Mean of Platts (MOPS) Singapura, harga solar subsidi seharusnya hanya Rp 4.000/liter dan premium bisa turun mencapai Rp 5.500/liter. Ia menambahkan "Nanti pada Maret mendatang, selain menurunkan harga, pemerintah dan PT Pertamina juga harus transparan menjelaskan jumlah keuntungan dalam penjualan BBM, karena kan harganya sudah sangat berbeda jauh,". Sekarang sudah Maret, Apa yang terjadi?

1 Maret 2016, Wakil presiden Jusuf Kalla menyatakan Pertamina masih untung, keuntungannya masih baik dibanding perusahaan minyak yang lain (sumber). Wapres bisa berkata seperti itu setelah mendapat laporan dari Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto. Tanpa laporan dari Dirut Pertamina pun, sebenarnya sudah bisa diprediksi, pasti untung.

Pertamina sudah (jelas) untung, lantas bagaimana dengan harga jual bensin dan solar? Pertamina mengumkan penurunan harga minyak yang menjadi kewenangannya, yaitu Bahan bakar Khusus (BBK), Pertamax, Pertamax Plus dan Pertalite. Harga pertamax dan pertamax plus rata-rata turun Rp 200/liter, sedangkan Pertalite turun Rp 100/liter (sumber) per 1 Maret 2016, seperti biasa, mulai pukul 00.01. Bukan penurunan yang signifikan.

Bagaimana dengan harga Premium dan solar subsidi yang menjadi kewenangan pemerintah? Belum ada kabarnya.

Senin kemarin (29/2), Presiden jokowi memerintahkan menteri ESDM dan Pertamina untuk segera memborong dan menimbun minyak, mumpung harganya murah dan untuk stok. "Sekarang waktu minyak harganya jatuh murah seperti ini, mestinya dipikirkan, baik BUMN pertamina dan Kementerian (ESDM), bagaimana bisa membeli, membuat stok sebanyak-banyaknya" ujar Presiden (sumber). Yang menjadi pertanyaan, tujuan memborong dan menimbun minyak itu untuk keuntungan masyarakat, Pemerintah atau Pertamina? Dan apa dampaknya terhadap harga BBM bersubsidi? Sekali lagi, belum ada kabarnya.

Penurunan BBM tidak bersubsidi saja hanya sedikit sekali, bagaiamana dengan BBM bersubsidi, itu pun kalau memang mau diturunkan. Kabar penurunan harga minyak yang signifikan justru berasal dari Negara tetangga, Malaysia. Informasi dari pakar ekonomi sekaligus Kompasianer handal, Faisal Basri dalam tulisan yang berjudul “Perbedaan Harga BBM di Indonesia dan Malaysia Kian Melebar”, bagitu mencerahkan.

Dalam tulisan tersebut, diketahui bahwa penurunan BBM dengan nilai Octane 95 (Pertamax Plus) mencapai 8,57%, di Indonesia hanya turun 1,83%. Selain itu, harganya memang sudah jauh lebih murah dibanding di Indonesia. Di Malaysia, BBM setara Pertamax Plus dijual hanya dengan harga Rp 5.143, sedangkan di tempat kita dipatok dengan harga Rp 8.850. Sungguh selisihnya sangat jauh.

Lantas, bagaimana kabar penurunan BBM bersubsidi di Indonesia? Sudah jangan ribut! Tunggu saja hingga 1 April 2016. Presiden sudah memerintahkan pemborongan minyak murah. Jadi tunggu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun