Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bijak Berkendara, Demi Kelancaran Semua

11 Maret 2016   09:19 Diperbarui: 11 Maret 2016   14:09 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Kondisi lalu lintas salah satu jalan di Yogyakarta. (Dokumen pribadi)"][/caption]Sebagian besar masyarakat, membutuhkan alat transportasi. Sebagian waktu kita gunakan di jalan raya. Apakah waktu tersebut hanya akan terbuang sia-sia? Apakah hanya akan habis untuk bermanuver lincah di barisan mobil bercelah?  Apakah akan diisi dengan keluhan dan umpatan terhadap pengendara lain yang sembrono? Saya rasa tidak. Bisa dimanfaatkan untuk saling “berinteraksi”, berbagi dan menghormati.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor tahun 2014 mencapai 114.209.266 unit, naik 9,69% dari tahun sebelumnya. Jumlah itu didominasi oleh sepeda motor, 92.976.240 unit dan disusul oleh mobil penumpang yang berjumlah 12.599.138 unit. Sekarang, bagaimana pertumbuhan jalan di Indonesia? Hanya sekitar 2% (sumber: bps.go.id).

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan panjang jalan. Faktor-faktor tersebut cenderung menghambat, baik untuk pelebaran dan atau penambahan panjang jalan. Di sisi lain, laju pertumbuhan jumlah kendaraan sulit dikendalikan. Ketika pertumbuhan jumlah kendaraan dan panjang jalan tidak imbang, maka kemacetan tak terhindar, khususnya di kota besar. Selanjutnya, pihak terkait banyak mengeluarkan aturan atau kebijakan guna mengurai dan mengurangi kemacetan. Ada yang berhasil, ada yang gagal total.

Sekarang, mari sejenak lupakan perbandingan jalan dan jumlah kendaraan. Mari kita renungkan, ada faktor lain yang turut menyumbang kemacetan atau memperparah kemacetan. Faktor tersebut adalah perilaku berkendara. Beragam jenis perilaku berkendara yang disadari atau tidak, dapat menyebabkan atau memperparah kemacetan.

Kesadaran dan Introspeksi Diri


Kemacetan bukan hanya perkara jalan tidak mampu memfasilitasi lalu lintas kendaraan, tetapi juga masalah sikap dan karakter pengendara. Setiap pengendara, tentunya ingin cepat sampai ke tujuan. Baik pengendara sepeda motor maupun mobil, dengan “gaya” berkendaranya, ingin sampai tujuan dengan cepat dan selamat.

Apalagi jika waktu “start”-nya terlambat, yang bisa menyebabkan “finish”-nya pun terlambat. Terlebih jika ada sanksi dari keterlambatan tiba di tempat tujuan. Berbagai cara pun dilakukan, mulai dari ngebut, salip-menyalip dan selip-menyelip, mengandalkan klakson untuk “menggertak” pengendara lain, hingga melanggar rambu lalu lintas.

Sadari bagaimana karakter berkendara Kita. Ingat kembali, bagaimana Kita menggunakan jalan? Bagaimana Kita memperlakukan pengendara lain di jalan raya? Berapa banyak peraturan lalu lintas yang dilanggar? Berapa banyak rambu lalu lintas yang diabaikan?

Efektif Memilih dan Menggunakan Kendaraan

Bagi yang memiliki beberapa jenis kendaraan, seperti memiliki beberapa sepeda motor dan mobil, sebaiknya bijak dalam menentukan jenis kendaraan yang akan digunakan. Jika hanya bepergian sendirian, tidak mengangkut barang yang berlebih dan tidak sedang hujan lebat, sebaiknya memang hanya menggunakan sepeda motor.

Selain bisa berhemat bahan bakar, juga lebih bisa lebih cepat sampai. Tetapi, bukan berarti pengendara sepeda motor bisa semena-mena bekendara. Misalnya, menyalip semaunya dan menyelip seenaknya. Tetap harus menghormati pengguna jalan yang lain.

Menggunakan kendaraan secara efektif dan efisien adalah suatu tindakan yang bijak. Cukup menggunakan seperlunya. Bila perlu, menggunakan strategi “rapelan” atau “aji mumpung”. Misalnya, saat sedang berada di luar. Pikirkan kebutuhan apa yang hendak dibeli atau urusan apa yang bisa dilakukan. Kebutuhan dan urusan tersebut bisa dirapel, mumpung sedang di luar. Sehingga tidak harus meluangkan waktu khusus dan menggunakan kendaraan di lain waktu.

Bijak Memilih Ruas Jalan

Sikap ini penting terutama saat akan masuk jalan raya dan berbelok atau menepi (kanan dan kiri). Ini hal sepele, tetapi sering ditemui pengendara yang kurang tepat dalam memilih atau melalui sisi jalan. Saat akan masuk ke jalan raya dan akan berbelok ke kiri, terlebih dahulu usahakan melalui tepian jalan sebelah kiri.

Sering ditemui, pengendara yang keluar dari gang/jalan kecil kemudian masuk ke jalan raya, langsung berusaha melalui sisi kanan jalan, dengan “memaksa” pengendara di belakangnya untuk melambat atau bahkan berhenti. Padahal pengendara tersebut tidak sedang akan berbalik arah atau menyebrang ke ruas jalan yang lain. Ini jelas dapat menghambat laju kendaraan yang lain.

Kecuali jika memang di sebelah kanan (atau belakang) sedang tidak ada kendaraan. Tidak ada salahnya jika terlebih dahulu melalui sisi kiri jalan, kemudian lambat laun “melipir” ke sisi kanan, sembari melihat kondisi kendaraan di arah belakang.

“Kesalahan” lain dalam memilih jalan adalah di antrian lampu merah. Kerap ditemui, baik pengendara sepeda motor maupun mobil, yang tidak tepat memposisikan diri. Misalnya, di persimpangan lampu merah, Ia sebenarnya akan berbelok ke kanan. Tetapi antri di sisi paling kiri jalan. Sehingga, ketika lampu sudah hijau, Ia akan langsung menyerobot ke arah kanan. Mau tidak mau, kendaraan yang berada di sebelah kanannya, yang akan belok kiri atau lurus, menjadi terhambat. Kondisi ini biasanya diiringi suara klakson yang ramai. Atau ingin belok ke kiri, tetapi mengambil posisi paling kanan. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kemacetan dan antrian panjang di lampu merah.

Efektif Menggunakan Fitur Kendaraan

Di kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil, dilengkapi fitur yang membantu kita dalam berkendara. Salah satu kelengkapannya adalah lampu tanda belok atau akrab dikenal dengan istilah lampu sein. Sebelum diciptakan lampu sein, isyarat berbelok dulu menggunakan lonceng. Satu ketukan lonceng menandakan akan berbelok ke kanan dan dua ketukan longceng pertanda belok ke kiri. Tetapi, suara lonceng tersebut jelas tidak efektif, karena kebisingan jalan. Sehingga, kemudian diganti dengan isyarat lampu.

Sepertinya semua pengendara telah mengetahui fungsi itu. Tetapi, banyak yang tidak efektif menggunakannya. Salah satunya adalah menggunakan lampu sein secara mendadak. Misalnya, kurang dari beberapa meter, baru menyalakan lampu sein. Ini dapat membahayakan pengendara di belakangnya. Pengendara di belakang baru melihat informasi akan berbelok, tiba-tiba kendaraan di depan sudah mengurangi kecepatan dan kemudian langsung berbelok.

Yang menjadi masalah selanjutnya adalah jika pengendara di belakang tidak dalam jarak aman dan di sisi kanan sedang padat kendaraan. Maka pengendara di belakang akan refleks berhenti, dan diikuti pengendara lain di belakangnya. Deretan kendaraan berhenti dan menimbulkan kemacetan.

Masalah lain yang kerap ditimbulkan dari lampu sein adalah lupa mematikan lampu sein. Biasanya ini terjadi pada sepeda motor. Pada mobil, biasanya lampu sein akan otomatis mati jika roda kemudi telah diputar pada posisi lurus atau berlawanan arah. Lampu Sein yang terus menyala dapat membingungkan pengendara lain. Sein kiri menyala tapi tidak segera belok. Sein kanan menyala tapi kok tidak segera mengambil sisi kanan. Kebingungan pengendara lain dapat memecah konsentrasi dan berpotensi membahayakan pengguna jalan.

Masalah lainnya yang dapat terjadi adalah salah menyalakan lampu sein, misalnya mau belok kiri tetapi menyalakan sein kanan. Ini memang tidak terlalu sering terjadi, tetapi pernah ditemui dan akibatnya fatal. Bahkan, kesalahan seperti itu kerap dijadikan lelucon dalam meme. Misalnya, meme tentang ibu-ibu yang mau belok kanan, tetapi menyalakan sein kiri. Ini jelas membahayakan.

[caption caption="Contoh meme salah sein yang bertebaran di dunia maya. (Sumber: pulsk.com dan brilio.net)"]

[/caption]

Tidak bermaksud mendeskreditkan ibu-ibu, tetapi memang kerap ditemui seperti itu dan kondisi itu terlanjur ramai di dunia maya. Padahal bapak-bapak dan anak muda juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.

Bijak Memarkir Kendaraan

Salah satu faktor penyebab kemacetan adalah parkir kendaraan yang menggunakan bahu jalan, sehingga mengurangi lebar jalan. Memarkirkan kendaraan memang hal yang lumrah. Tetapi akan menjadi masalah jika parkir sembarangan dan kurang bijak dalam memarkirkan kendaraan.

Di setiap jalan raya, tentu kita sering menemui rambu dilarang parkir, dikenal dengan huruf P dicoret. Namun, rambu yang jelas terpampang tersebut kerap dilanggar. Bayangkan, sisi jalan yang sudah jelas dilarang parkir saja dilanggar, apalagi yang tidak ada larang parkir? Maka parkir sembaranganlah hasilnya dan kemacetanlah akibatnya.

Dalam memarkirkan kendaraan kendaraan di tepi jalan, yang penting bukan hanya kendaraan bisa parkir atau kendaraan kita aman, tetapi juga harus memperhatikan laju lalu lintas di jalan tersebut. Sering ditemui beberapa mobil parkir zig zag di tepian kanan dan kiri jalan yang sempit. 

[caption caption="Ilustrasi parkir yang kurang Bijak."]

[/caption]

Ilustrasi gambar di atas sering ditemui ke kehidupan nyata, di jalan atau gang-gang. Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat kita lihat bagaimana dampak jika parkir sembarangan, tanpa memikirkan laju lalu lintas di jalan tersebut. Ditambah lagi jika ada pengendara yang tidak sabar dan memaksa menyalip. Akhirnya, semua kendaraan terkunci, macet. Alangkah baiknya jika memarkirkan kendaraan hanya pada satu sisi jalan saja, agar memudahkan pandangan pengemudi dan lalu lintas di jalan tersebut tetap lancar. Selain itu, sebaiknya tidak memarkirkan kendaraan tepat di tepi sudut persimpangan jalan, karena akan mengganggu.

Ikhlas Berbagi Jalan dan Saling Menghormati

Di suatu titik kemacetan atau antrian panjang kendaraan di lampu merah, kerap ditemui kendaraan yang posisinya tak beraturan, baik pengendara sepeda motor maupun mobil. Tak jarang ditemui sepeda motor yang posisinya malang memotong jalan, hasil salip-menyalip. Pun dengan mobil, yang posisinya tidak lurus, serong kiri-serong kanan mengambil celah. Jika diposisikan lurus dan rapi, tentu jalan dapat menampung lebih banyak kendaraan dan mengurangi panjang antrian. Inilah yang disebut dengan berbagi jalan.

Berbagi jalan juga hendaknya kita lakukan saat ada pengendara lain dari sebuah gang atau persimpangan tanpa lampu lalu lintas, yang akan masuk atau menyebrang jalan raya. Apalagi jika antrian kendaraan gang tersebut telah panjang, dan di belakang Kita tidak banyak kendaraan. Tidak ada salahnya untuk berhenti dan mempersilahkan mereka lewat. Inilah yang disebut dengan ikhlas berbagi jalan. Jalan milik semua.

[caption caption="Berbagi Jalan (Dokumen pribadi)"]

[/caption]

Bagi pengendara mobil, tidak ada salahnya memberi celah untuk dapat dilalui sepeda motor. Bukan berarti mengistimewakan sepeda motor, tetapi apa yang bisa dimanfaatkan oleh mobil pada celah beberapa puluh centimeter? Tidak ada. Jadi bisa dimanfaatkan oleh pengendara sepeda motor.

Pengendara sepeda motor juga harus menghormati pengendara mobil. Dengan tidak tiba-tiba menyerobot celah di depan mobil, yang dapat mengganggu laju dan merusak konsentrasi berkendara. Karena mengendarai mobil tidak sesederhana mengendarai sepeda motor. inilah yang disebut dengan saling menghormati. Itu penting agar tidak terjadi gesekan di jalan raya, baik gesekan fisik mobil dan motor, atau gesekan emosi pengendara sepeda motor dan mobil.

Jalan adalah prasarana milik semua. Mari Kita bijak berkendara, berbagi dan saling menghormati. Agar perjalanan lancar dan selamat sampai tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun