Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Darurat Public Speaking Pejabat karena Mental dan Kurangnya Etika Berbicara di Depan Publik

11 September 2025   11:49 Diperbarui: 11 September 2025   11:49 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

MENTERI Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang baru dilantik menggantikan Sri Mulayani, Senin, 8/9/2025 jadi perbincangan publik setelah mengeluarkan beberapa pernyataan kontroversial. Salah satunya saat ia menganggap gerakan 17+8 sebagai suara sebagian kecil saja dari rakyat Indonesia.
Meskipun ia telah meminta maaf atas ucapannya, namun telah memiliki catatan negatif di hati masyarakat atau semacam Kita tahu bahwa seusai prosesi serah terima jabatan dengan Sri Mulyani Indrawati, Purbaya juga sempat menyebut dirinya sebagai menteri kagetan. Pada hal bahwa dengan kata-kata itu, beliau juga secara tidak sengaja telah menjatuhkan orang yang telah mengangkatnya yaitu Presiden Prabowo Subianto (Tempo.co 10/9/2025).

Sebuah Pandangan Pribadi

Kelemahan terbesar para Pejabat kita, sebenarnya bukan pada kekurangan public speaking mereka, tetapi terutama (mungkin) karena mereka tidak mau belajar dari pengalaman orang lain. Pada hal pengalaman itu merupakan the best teacher.

Mengapa seorang Menteri Keuangan yang baru dilantik langsung mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan yang memancing amarah dari pendengar atau menyinggung perasaan masyarakat.

Bukankah beberapa waktu sebelumnya sudah pernah ada Menteri yang mengalami hal yang sama? Jangan-jangan para pejabat kita termasuk para menteri kurang mengikuti perkembangan melalui media massa termasuk media elektronik?

Menurut saya kesalahan terbesar mereka adalah tidak mau belajar dari pengalaman orang lain sebelumnya, dan kekurang hati-hatian dalam mengungkapkan sesuatu di depan publik .

Selain itu faktor yang ketiga adalah kesombongan elitis. Yaitu perilaku sombong dan merendahkan orang lain yang didasari oleh keyakinan diri sebagai anggota kelompok elit yang lebih unggul daripada orang lain, dalam hal kecerdasan, kekayaan, atau kedudukan.

Kesombongan elitis juga ditandai dengan perasaan meremehkan orang lain dan merasa diri superior, serta menolak nasehat atau kebenaran dari orang lain, karena merasa lebih tahu atau lebih baik.

Bagaimana Seharusnya

Meskipun permohonan maaf telah disampaikan tetapi "hati ini sudah terlanjur dilukai dengan kata-katamu!" Maaf tetap maaf namun sakit hati tetap tidak bisa diobati. 

Maka sebaiknya bagaimana, apa yang harus dilakukan berhadapan dengan kasus yang terus terjadi sehubungan dengan darurat public speaking pejabat atau menteri kita ini?

Untuk menghadapi darurat public speaking sebagai pejabat, sebaiknya fokus pada persiapan, ada relaksasi, dan interaksi dengan audiens. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun