Selain kemiskinan di daerah asal, juga adanya dorongan dari dalam diri sendiri untuk pergi merantau demi mencari kehidupan yang lebih baik. Tujuan yang ingin dicapai melalui migran dan perantau adalah kehidupan yang lebih baik. Karena itu orang seperti ini akan selalu berusaha untuk mencapai kesuksesan di tanah rantau. Ia tidak akan kembali ke negerinya, kalau ia belum berhasil.
3. Â Karena instink manusia sebagai peziarah
Fenomena migrasi manusia sudah ada di muka bumi sejak adanya manusia, sebab salah satu sifat manusia adalah selalu berpindah-pindah tempat. Karena itu keinginan untuk migrasi tidaklah terlepas dari dorongan instik manusia sebagai peziarah (homo viator).
Inspirasi Teologis Biblis
Marilyn Lacey, dalam  buku berjudul "This Flowing Toward Me, A Story of God Arriving in Strangers," mengemukakan bahwa perjumpaan dengan Tuhan di tanah pengungsian dapat terjadi dalam rupa-rupa peristiwa sederhana dan orang-orang dari berbagai tipe, karakter, latar belakang, suku, agama, dan negara yang ditemui (Lacey, 2013: 66)..
David L. Petersen, sebagaimana dikutip Martin Chen dalam "Perantau di Muka Bumi Menjadi Gereja Migran" mengatakan sejak dalam perjanjian lama fenomena migrasi telah terjadi. Bahkan migran telah ada bukan hanya dalam sejarah umat Israel, tetapi sejak awal sejarah kemanusiaan manusia.
Seiring dengan itu Alkitab tak segan-segan menampilkan bagaimana sikap Allah terhadap persoalan migrasi manusia. Alkitab melukiskan bahwa kisah manusia sejak awal adalah kisah migrasi yaitu migrasi yang terpaksa (a forced migration). Kisah Adam dan Hawa diusir keluar dari Taman Eden (Kej 3: 23) Â adalah sebuah migrasi terpaksa dan begitulah seterusnya kisah manusia bermigrasi dikemas dengan apik dalam Alkitab.
Ada tiga jenis migrasi sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Suci, yaitu:
Pertama, adanya migrasi yang dipaksakan (a forced migration) seperti deportasi ribuan orang Yudea ke Mesopotamia pada tahun 597-582 SM sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Yeremia (52:28-30).Â
Kedua, migrasi sukarela (voluntary migration) yaitu perpindahan orang Israel ke negeri lain akibat kondisi alam seperti kekeringan yang menyebabkan kelaparan sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Kejadian (12: 26,46). Migrasi sukarela bisa juga didorong secara politis.Â
Ketiga, migrasi karena tawanan (incarceration) yaitu pemenjaraan orang Israel di negeri lain seperti pembuangan ke Babel (Chen, 2019: 95).
Di atas semuanya itu, Paulus Pati Lewar dalam "Spiritualitas Migrasi dalam Iman dan Harapan," mengajak manusia untuk memahami migrasi bukan sekadar sebagai fenomena sosial dan ekonomi. Tetapi terutama sebagai pengalaman iman yang menyentuh inti jati diri manusia sebagai peziarah menuju pemenuhan panggilan hidupnya.Â