Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hujan Bulan Juni, Ladang Berpindah-pindah, dan Kearifan Lokal Orang Timor

5 Juni 2025   10:50 Diperbarui: 17 Juni 2025   20:54 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ladang jagung di Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur terancam gagal panen pada Rabu (3/1/2024) jika hujan tidak segera turun. (KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA)

Hujan Bulan Juni

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia hanya memiliki dua musim, yaitu Musim Kemarau dan Musim Hujan. Musim yang ada di bumi, termasuk Indonesia juga memiliki pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

Musim kemarau biasanya dimulai dari bulan April sampai bulan Oktober. Sedangkan musim hujan dimulai dari bulan Oktober hingga bulan April. Karena pengetahuan umum dan kebiasaan ini, maka orang bertanya-tanya mengapa hingga bulan Juni masih turun hujan?

Secara khusus bagi orang Timor, khususnya di daerah Timor Tengah Utara dan Belu yang hanya mengenal dua musim ini menganggap hujan hingga bulan Juni merupakan sesuatu yang tak biasa. Untuk diketahui bahwa di Timor umumnya para petani hanya mengenal dua musim dan satu kali tanam. 

Pada musim kemarau yaitu bulan Mei hingga Oktober, merupakan kesempatan bagi para petani Timor untuk membersihkan lahan pertanian, terutama ladang yang akan ditanami dengan jagung, karena penghasilan utama adalah jagung. 

Ketika turun hujan pada bulan November, para petani Timor mulai bersiap-siap untuk menanam jagung di kebun yang telah dibersihkannya mulai dari bulan Mei dan berpuncak pada bulan Oktober.

Ladang Berpindah-Pindah

Baca juga: "Tanonob dan Ta

Karena kebiasaan itulah maka dikenal tradisi pertanian di Timor yang berpindah-pindah dan tebas bakar yang secara pertanian modern dan dari lingkungan hidup tidak dibenarkan.

Namun itulah yang telah berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun nenek moyang orang Timor melakukannya dan diturunkan terus kepada anak-cucu hingga sekarang.

Keuntungan dan kerugian dari sistem pertanian/perladangan berpindah-pindah atau shifting cultivation. Bahwa selalu ada keuntungan dan kerugian meskipun kadang keuntungan tak sebanding dengan kerugiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun