Pengantar
Tulisan ini merupakan hasil bimbingan terhadap mahasiswa semester satu yang mau belajar menulis. Ia merefleksikan keterpanggilannya untuk menjadi mahasiswa. Tulisan seorang mahasiswi bernama Stella Maris, seorang biarawati. Dari para Kompasianer, saya mohon koreksi dan catatan untuk bimbingan selanjutnya. Â Terima kasih
Awalnya, saya tidak pernah berpikir untuk kuliah di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Petrus Keuskupan Atambua ini. Saya tidak ada niat sama sekali untuk melanjutkan studi di STP.
Namun, setelah saya merenung dan berefleksi lebih dalam tentang tugas yang diberikan, saya menemukan seuntaian jawaban bahwa saya tidak boleh menolak tugas yang diberikan. Karena menjadi pengikut Kristus, saya harus selalu siap sedia untuk setiap tugas yang diberikan dan dipercayakan kepada saya. Seperti Bunda Maria yang memberikan diri seutuhnya kepada Allah.Â
Setelah saya berefleksi dan menemukan jawaban, saya bertemu dengan frater pendiri dan mengatakan "ya" saya siap pada tugas yang diberikan dan dipercayakan kepada saya.
Dunia Mahasiswa itu Menarik
Dunia perkuliahan itu sangat menyenangkan, apalagi menjadi mahasiswa STP. Dunia perkuliahan itu bukan tentang persaingan untuk bisa mendapatkan IPK yang tinggi, melainkan bagaimana saya merasa nyaman, memiliki banyak teman yang mampu memanusiakan manusia.Â
Menjadi mahasiswa STP adalah sebuah anugerah dan merupakan keistimewaan yang tidak semua orang dapatkan untuk menjadi bagian darinya. Ini adalah peluang dan kebahagiaan sekaligus tanggung jawab bagi saya.Â
Saya merasa sangat bersyukur diberikan kepercayaan untuk kuliah di STP. Menjadi mahasiswa STP Â tidak hanya mengasah otak, tetapi juga mental dan karakter saya agar menjadi pribadi yang beriman dan bermoral. Menjadi mahasiswa STP adalah sebuah ibadah yang saya jalankan dengan tulus, semangat, penuh sukacita, dan tanggung jawab.
Tidak semua orang mampu berada dalam lingkungan STP, jika ia tidak memiliki daya juang yang tinggi. Selama saya kuliah di STP, sudah banyak perubahan yang terjadi dalam diri saya. Perubahan yang terjadi tentu tidak selalu mudah dan itu tidak selalu sederhana. Namun, saya sangat menyukainya. Saya yang selalu merasa tidak bisa melakukan apa-apa, kini merasa bahwa rasa itu telah pergi setelah daya juang saya lebih kuat dan lebih besar dari ketidakpercayaan diri saya.Â