Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Hal Ini Perlu Diperhatikan, Bila Baju Adat Jadi Seragam Sekolah

15 November 2022   10:06 Diperbarui: 16 November 2022   02:53 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pakaian adat Dawan Timor (Foto: Andreas Neno Salukh)

Menurut saya, ketika pakaian adat atau pakaian daerah atau pakaian tradisional hendak dijadikan pakaian seragam di sekolah, maka sekurang-kurangnya tiga hal ini perlu diperhatikan, yakni:

Pertama, kita harus memahami betul pengertian atau definisi mana yang hendak dipakai. Apakah pakaian adat atau pakaian daerah atau pakaian tradisional? 

Sebab yang namanya pakaian adat atau pakaian daerah atau pakaian tradisional, memiliki asesoris dan kelengkapan tertentu yang hanya bisa dipakai dalam nuansa budaya atau dalam pesta adat.

Kalau Pak Felix Tani mencontohkan pakaian adat Batak Toba, saya mengambil contoh pakaian adat Timor. Itu pun terdiri dari berbagai suku atau etnis, di mana tiap suku atau etnis memiliki pakaian dan kelengkapannya masing-masing. 

Kalau namanya pakaian adat Timor (Atoin Meto atau Dawan), selain kain atau sarung, tidak mengenakan baju/kemeja, menggunakan kelewang dan pada bagian kepala memakai destar atau perhiasan khas dari perak.

Nah, kalau ini semua hendak dipakai sebagai seragam sekolah, maka bukannya memudahkan tetapi membuat jadi rumit.

Kedua, kalau pakaian adat atau daerah yang digunakan haruslah memilih yang simple. Selain itu mempertimbangkan sopan santun di sekolah. Jangan sampai memberatkan siswa. 

Saya masih sependapat dengan Prof. Felix, pilihan pakaian adat atau daerah sebagai seragam bagi kami di NTT bukan menjadi seragam tetapi menjadi "anekaragam" karena tiap daerah/suku punya pakaiannya atau motif kainnya masing-masing. 

Maka bukan lagi nasionalisme yang ditonjolkan tetapi sporadisme yang akan terjadi. Karena itu sekali lagi baiklah kita mempertimbangkannya secara matang. Kalau dikatakan seragam, ya tokh baju/kemeja dan sarung/bruknya saja. Sedangkan asesorisnya tak perlu. Dalam hal ini semua orangtua akan setuju.

Ketiga, pilihan pakaian daerah yang dipakai di sekolah sebagai pakaian seragam "budaya" pada hari-hari tertentu, sebaiknya dimodifikasi khusus untuk seragam sekolah sesuai umur anak atau siswa. 

Misalnya pakaian daerah Timor, berupa kain tenun, kalau tidak dipakai sebagai sarung, bisa juga dalam bentuk baju tenun atau rompi. Sedangkan asesorisnya berupa kelewang atau kakaluk dan destar, tidak perlu dipergunakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun