Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalan Terjal Menuju Bukit Cinta Oelbinose

8 Desember 2021   11:20 Diperbarui: 8 Desember 2021   11:28 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dok.pribadi di Bukit Cinta

Sekelompok kecil orang bergegas dari kota Perbatasan Atambua-Timor Leste di Kabupaten Belu menuju kota kecil di kaki Gunung Mutis bernama Aplal. Sebuah kota swapraja di Timor dengan rajanya Usi Thaal. Jarak antara kota Atambua-Aplal kurang lebih 160 km, kami tempuh selama hampir 5 jam lebih karena sebagian jalan yang belum beraspal dan rusak.

Tujuan perjalanan ke sana adalah untuk menghadiri pemakaman saudara sejawat kami seorang pelayan pastoral yang biasa disebut Katekis bernama Samuel Kehi. Beliau telah mengabdikan diri di sana selama 30 tahun sebagai Katekis Paroki Naekake. Betapa sedihnya menyaksikan medan perjalanannya selama ini.

Dalam tulisan ini yang ingin disoroti penulis adalah perjalanan antara Eban-Aplal. Sekali lagi karena belum beraspal dan rusak. Kami harus melewati bukit-bukit terjal dengan panorama pegunungan yang indah memesona. Apalagi pada saat ini, seluruh Pulau Timor sedang diguyur hujan. Betapa indahnya kelihatan dari kejauhan pebukitan yang hijau nan indah.

Bebatuan karang tersusun indah di lereng bukit yang berkelok-kelok diselingi padang sabana yang luas membentang. Di sana sini dari kejauhan terlihat sapi-sapi jantan dan betina sedang makan rumput. Dan dari kejauhan terdengar ringkikan kuda-kuda jantan dan betina sambil berkejaran menuju sumber air.  

Pohon ampupu yang lurus dan hijau tersusun rapi disepanjang jalan. Hal ini membuat kami terkagum-kagum sampai melupakan bahwa sepanjang jalan ini terjal dan rusak karena terkikis air hujan. Karena tiadanya drainase yang baik menyebabkan banjir tumpah ruah di jalanan yang menyebabkan banyak sekali onggokkan kayu dan batu di jalanan. Mobil kami panther yang pendek itu hampir-hampir tak bisa maju. Untunglah beberapa penumpang lelaki sigap, bila ada halangan di jalan.

Segala kecemasan sirna ketika kami tiba di sebuah bukit yang bernama "Bukit Cinta". Mengapa diberi nama Bukit Cinta? Ketika kami tiba di Pastoran Aplal, seorang bapak menyampaikan kepada kami alasan bukit itu diberi nama 'bukit cinta'. Menurut sumber itu, orang-orang yang tinggal di sepanjang jalan Eban hingga Naekake mengetahuinya. 

"Ditahun 2010 hingga 2017, kami di kawasan ini belum bebas. Maksudnya untuk berkomunikasi dengan handphone, kami harus mencari tempat-tempat tertentu yang memiliki akses untuk mendapatkan signal Telkomsel. Kebetulan hanya di tempat itu kami bisa menemukan signal. Bukit itu sebelumnya bernama "Bukit Kael". Setiap orang yang hendak ke wilayah kecamatan Mutis, sudah pasti singgah di bukit ini untuk sekedar melepas lelah dan sekaligus melepas rindu menghubungi keluarga atau kekasih melalui hp, karena sesudah bukit ini, hp tidak akan berfungsi lagi karena tidak ada signal. Bukit ini letaknya di wilayah Desa Tasinifu, Dusun Oelbinose, Kecamatan Mutis, TTU. Karena hanya di bukit ini ada signal hp, maka orang melepas kangen dan bercerita bersama keluarga dan kekasih sampai-sampai ada yang sambil memeluk pohon, memetik daun, bahkan ada yang bertiduran di atas rumput hijau, berteriak kegirangan atau menangis pilu. Karena itulah maka lokasi bukit ini diberi nama "Bukit Cinta". Dan karena letaknya di Dusun Oelbinose, selalu dinamakan " Bukit Cinta Oelbinose". 

Di bukit ini kami pun beristirahat sejenak untuk mengambil foto.

Foto diambil dari www.mimpintt.com/2018
Foto diambil dari www.mimpintt.com/2018

Itulah kisah nama Bukit Cinta Oelbinose. Memang bukitnya masih perawan dan pohon-pohonnya pun masih perjaka. Di tempat ini para Penjaga Pos Perbatasan yaitu TNI biasanya melepas rindu dengan keluarga di seberang. Karena demi NKRI Harga Mati, merekalah yang membaptis bukit ini dengan nama "Bukit Cinta". 

Perjalanan kami kembali dari Aplal menuju Atambua tidak bisa lagi diabadikan karena sepanjang jalan terjal ini kami diguyur hujan lebat. Apalagi diselingi dengan sambaran kilat dan petir. Mobil kami terseok-seok di jalanan berlumpur. Apalagi bukit cinta sudah tertutup dengan kabut di sore hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun