Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Benarkah Kompasiana Sedang Krisis?

12 Agustus 2021   13:41 Diperbarui: 12 Agustus 2021   14:16 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Kompasiana/Ilustrasi. Sumber: kompasiana.com

Mengapa begitu? Ini terkait tampilan Kompasiana (front end) di mana halaman muka (home) selalu muncul pertama saat kita mmbukanya. Otomatis tulisan yang ada di rubrik/kolom Artikel Utara dan Tren Pekan Ini  yang berada di tampilan muka terbaca oleh semua pengguna dan memiliki kecenderungan lebih besar untuk dibuka dibanding tulisan yang tidak mendapat label itu, apalagi tidak mendapat label sama sekali.

Dibuka belum tentu dibaca. Ingat itu. Seseorang mungkin membuka karena  terbaca duluan, terkecoh judul atau terpencet tidak sengaja saat scroll. Sistem Kompasiana otomatis mencatat sebagai keterbacaan (view) dan tersemat pada indeks jumlah tulisan tersebut.

Kedua, klaim tulisan manga atau anime memiliki pangsa pembaca besar dan penulis cerpen Desa Konoha memiliki banyak penggemar, apa parameternya? Jika klaim demikian itu benar, mestinya, setiap tulisan tentang manga dan anime di Kompasiana selalu mendapat view tinggi. Jika penulisnya memang memiliki banyak penggemar, punya teori brilian tentang mendatang viewer, mestinya nulis apa pun mendapat view tinggi.

Faktanya?

Beberapa tulisan manga dan anime yang tidak mendapat label Trend Pekan Ini atau Artikel Utama, memiliki jumlah keterbacaan sangat rendah. Seperti tulisan topik lainnya.

Tulisan dari penulis yang meraih view terbanyak setiap bulan, ternyata juga banyak yang tidak mendapat keterbacaan tinggi. Artinya hanya beberapa tulisan yang DIMANJAKAN ADMIN dengan label Tren Pekan Ini dan Artikel Utama yang mendapat view tinggi. Bagaimana bisa mengeklaim dirinya sebagai penyelamat dengan ide-ide brilian, inovatif, jika faktanya seperti itu? Bagaimana bisa "tega" mengajari orang lain cara mendapatkan view sementara tulisan sendiri zonk?

Sebagai perbandingan, saat masih aktif, aku ambil tahun 2020, tulisanku yang berjudul 5 Sikap Warga Negara yang Baik Saat Pandemi Covid-19 dan diberi label Artikel Utama mampu meraih 60.518 views. Jangan lihat lebih ke belakang karena view tertinggi satu artikelku adalah 480 ribu lebih.

Ketiga, timbul pertanyaan dalam diriku. Benarkah Kompasiana sedang krisis? Benarkah para punggawa Kompasiana melihat tulisan senior (hanya ngikut istilah yang sudah dipapar penulis lain), sudah tidak laku? Benarkah tulisan politik yang menjadi penyebab krisis sehingga HANYA tulisan politik yang diedel-edel, dikurung berjam-jam sebelum boleh tayang? Jangankan label Artikel Utama atau Tren Pekan Ini, sekedar bebas tayang pun tidak diberikan.

Sebagai penulis kategori politik, aku mempertanyakan dengan sungguh-sungguh kebijakan penganaktirian tulisan politik dan penganakemasan tulisan lain. Jika benar tulisan politik penyebab krisis keuangan di Kompasiana, aku siap mengembalikan seluruh K-reward yang pernah saya terima, bahkan dengan hadiah lainnya.  

Bukan aku banyak duit, malah sedang krisis finansial akut akibat PPKM seperti (mungkin) yang lain juga. Tetapi itu bukan alasan tidak sanggup mengembalikan K-reward yang pernah diberikan demi mengatasi krisis Kompasiana karena aku tidak ingin blog kebanggaanku ini kolaps atau mengambil jalan "aneh" seperti yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir.

Salam @yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun