Membaca tulisan Kompasianer Steven Chaniago, membuat lututku gemetar. Mungkin tadi terlambat sarapan. Satu hal yang akhirnya aku pahami, Â Kompasiana telah memperbolehkan Kompasianer saling hujat. Aku senang dan mohon izin untuk ikutan sekaligus moratorium dari pamitku hanya untuk satu tulisan ini.
Membaca cerpen Steven Chaniago, aku menangkap kesan Desa Konoha pernah mengalami krisis yang diakibatkan oleh asupan tulisan selain anime dan manga.
Namikaze Steven adalah pahlawan bagi Konoha dengan asupan tulisan anime dan manga yang begitu epic, heroik, memiliki jutaan pembaca, mampu menarik pembaca dari negeri Youtube, Instagram, Facebook, dll. Luar biasa. Namikaze tentu makhluk pilihan dari ras teratas karena yang dilakukan sesuatu yang sangat-sangat brilian, cerdas, fantastis, erotis.
Aku akan mengawali tulisan ini dengan kisah anak kecil yang yang baru tahu ekor sapi, lalu teriak-teriak kegirangan sambil mengatakan bentuk sapi adalah bulat panjang. Aku ingin menganalogikan anak ingusan yang baru lepas dari gendongan emak lalu mengeklaim telah mengetehaui isi dunia.
Kompasiana adalah platform berbentuk blog berbasis user generated content (UGC). Ciri utama dari blog model ini adalah keterlibatan penulis dari luar. Artinya, ketika kita membuka blog berbasis UGC, secara otomatis kita sedang MENGUNDANG penulis luar. Tentu tanpa paksaan, tanpa intimidasi.
Etikanya, setelah para penulis luar dengan latar berbeda datang bergabung dan mengikuti aturan (S&K) yang telah ditentukan, mereka diperlakukan, mendapat  perlakuan, yang sama. Tidak dibeda-bedakan atas nama apa pun baik latar belakang (suku. agama, hingga pendidikan), dan jenis konten (kategori apa pun yang telah disediakan oleh penyelenggara/admin).
Aku termasuk yang sangat mnenghargai dan hormat pada admin, termasuk dalam memberikan label pada setiap tulisan terkhusus terkait label Artikel Utama atau Tren Pekan Ini.
Namun aku sungguh kecewa ketika admin secara sepihak "mengebiri" tulisan politik dengan memberlakukan embargo waktu dan peniadaan kesempatan untuk mendapatkan label Artikel Utama dan Tren Pekan Ini. Sepanjang pengamatan, sejak beberapa bulan terakhir tidak ada satu pun tulisan politik yang mendapat label demikian itu. Aku yakin sekali hal ini sudah menjadi kebijakan, bukan terkait kualitas tulisan.
Sebagai blog keroyokan Kompasiana memiliki kewajiban untuk menyediakan ruang yang sehat untuk bersaing antar penghuninya. Sebab seperti kita pahami bersama, tulisan apa pun, bahkan tulisan sampah, jika ditaruh di Tren Pekan Ini, pasti memiliki viewer tinggi tanpa repot-repot share atau undang komunitas.
Itu sudah hukumnya di Kompasiana. Tidak percaya? Silahkan taruh tulisan sampah ini (aku menganggap ini tulisan sampah karena bukan tulisan yang biasa aku bikin, dan sebenarnya aku sudah tidak mau menulis di Kompasiana sampai ada perubahan kebijakan), di rubrik Tren Pekan ini selama seminggu. Tanpa perlu aku ikuti teori tentang cara mendapatkan view, pasti (aku jamin itu) viewnya di atas 10.000.