Sebagai catatan tambahan, demo berseri, yang belakangan melibatkan para pelajar, mestinya ditanggapi serius sehingga tidak melebar ke mana-mana. Sangat mungkin ini kristalisasi ketidakpercayaan terhadap pemimpin formal karena nyatanya mereka lebih percaya pada tokoh-tokoh informal, pada temannya yang dianggap lebih pintar, daripada para wakil rakyat, bahkan Presiden.
Sangat mungkin sebagian dari mereka yang demo tidak percaya pada janji para pemimpin untuk memperkuat KPK melalui revisi UU. Ini tentu krisis serius, yang sangat mungkin akan kembali meletup di masa mendatang ketika ada pemicunya.
Benar bahwa sebagian dari siswa yang ikut berdemo belum pernah membaca RUU UU yang dipersoalkan. Banyak di antara mereka seperti dikatakan Kak Seto, menjadikan aksi demo sebagai hiburan, sebagai pelarian dari kesuntukan di sekolah atau pun di rumah.
Tetapi fakta demikian tidak bisa dijadikan alas pembenar untuk mengabaikan tuntutan yang sangat mungkin telah dipahami oleh sebagian besar lainnya. Analogi sederhananya, tidak semua buruh yang melakukan aksi demo pernah membaca UU --apalagi RUU, Perburuhan. Banyak di antara mereka yang ikut demo demi bisa liburan. Tetapi bukan berarti karena hal itu lantas tuntutan buruh layak diabai, bukan?
Jangan pernah berpikir untuk membunuh pembawa pesan karena hal itu tidak akan pernah bisa menyelesaikan persoalan.
Salam @yb