Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Pengabdi Setan 2: Communion", Sekuel yang Lebih Seru, Menegangkan, dan Memuaskan

1 Agustus 2022   08:20 Diperbarui: 3 Agustus 2022   19:30 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu di film "Pengabdi Setan 2: Communion". Sumber: Twitter @jokoanwar via Kompas.com

Sebelum membaca lebih jauh dimohon teman-teman untuk tetap tenang, karena tulisan ini dibuat tanpa spoiler, heuheu..

Ya, akhirnya selesai juga "ibadah" Pengabdi Setan 2: Communion di cabang IMAX Gandaria City malam minggu lalu. Di mana penantian panjang selama 5 tahun pada akhirnya terbayar lunas saat para penonton terlihat begitu khidmat dan khusyuk dalam menikmati rangkaian teror yang dibangun oleh sang high priest, Joko Anwar.

Bagaimana tidak, sepanjang film berjalan para penonton berhasil dibuat tidak nyaman, berkali-kali berteriak, hingga menutup mata demi mengantisipasi setiap teror yang dimunculkan. Setidaknya seperti itulah pengamatan sekilas yang dilakukan penulis dan memang hal-hal tersebut juga bagian dari pengalaman pribadi saat menonton film ini. (Loh?)


Seperti yang sudah kita ketahui melalui trailer film ini bahwasanya rangkaian teror yang sebelumnya terjadi di rumah dipindah ke apartemen, maka sudah bisa dipastikan adanya peningkatan skala teror yang bisa dihasilkan dari film keduanya ini.


Sederhananya begini, Pengabdi Setan yang settingnya "hanya" di satu rumah saja sudah menyeramkan, apalagi sekuelnya yang kini berada di apartemen. Berarti akan banyak potensi teror yang bisa dihasilkan dari balik pintu penghuni apartemen tersebut bukan? Dan saya menyebut film ini layaknya The Raid versi horor.

Kincir.com
Kincir.com

Sebagai film sekuel, Pengabdi Setan 2 terlihat jelas melakukan banyak peningkatan serta perbaikan di segala sisinya. Tentu pendapat subyektif ini bisa menjadi pro dan kontra, namun bagi saya dari segi penuturan cerita sudah lebih baik dari film pertamanya yang terlalu banyak memberikan ruang untuk diisi berbagai misteri demi melengkapi kepingan puzzlenya.

Dan di film ini, banyaknya misteri yang belum terjawab di film pertamanya sudah mulai bisa terjawab sedikit demi sedikit walaupun tetap menyisakan misteri lain yang nampaknya akan jauh lebih besar.

Sumber: Sonora.id
Sumber: Sonora.id

Oh iya, bagi para pecinta teori fans JANCU (Joko Anwar Cinematic Universe), pasti akan dipuaskan oleh film ini. Karena seperti kita tahu di setiap filmnya Joko Anwar selalu memberikan ciri khas seperti adanya karakter ibu hamil, tiga anak kecil, sosok bapak yang disfungsional, tetap muncul di film ini namun tentu saja dengan peran serta cara yang berbeda. 

Juga tetap menggunakan arah mata angin sebagai latar tempatnya serta lokasi-lokasi yang juga muncul di berbagai film Joko Anwar lainnya sebagai easter eggs dalam film ini. Jelas bahwasanya film ini akan menjadi lumbung fan theory yang memuaskan bagi para fans Jokan.

Suara.com
Suara.com

Sementara dari sisi teknis sudah tak perlu diragukan lagi. Kualitas sound designnya begitu luar biasa mengakomodir berbagai sound effect dan scoring yang membuat bulu kuduk merinding. Bagi saya, scoring di film ini seperti tetap mempertahankan ciri khas Pengabdi Setan versi klasik untuk kemudian mendapatkan sentuhan synthesizer baru yang lebih modern.

Camera works juga menjadi faktor lain yang membuat film ini terasa spesial. Jaisal Tanjung sebagai DOP (Director of Photography) film ini (yang juga langganan di film Joko Anwar lainnya) jelas menjadi sosok penting yang membuat intensitas ketegangan dan kengerian film ini meningkat berkat permainan tata kamera yang luar biasa. Membuat setiap visual tampil imersif walaupun didominasi oleh berbagai shoot yang minim pencahayaan.

Bagaimana tidak, berbagai shoot tangkapannya berhasil membangun atmosfer mengerikan walaupun tak ada penampakan apa-apa di sana. Imajinasi kita seakan dipermainkan melalui permainan kamera yang aktif dan provokatif lengkap dengan cahaya yang hanya muncul dari senter, korek api serta lampu minyak yang membuat kita semakin merasakan kengerian di tengah situasi yang total blackout.


Hal lain yang membuat film ini terasa spesial adalah bagaimana build up adegan horor dan terornya dijahit dengan cukup rapi. Menghadirkan suasana mencekam dalam intensitas adegan yang membuat jantung semakin berdebar seiring dengan rangkaian adegan yang mendekati titik puncaknya.

Tanpa bermaksud spoiler namun menurut saya build up adegan lift di film ini adalah salah satu yang terbaik dalam film Indonesia. Sebab akibatnya reasonable, scoring pendukung adegannya juga terasa pas, bahkan puncak adegannya berhasil menghadirkan riuh tepukan tangan dari kursi penonton studio IMAX Gandaria City. Silakan teman-teman rasakan sendiri experiencenya di bioskop nanti.

Kompas.com
Kompas.com

Tak hanya tentang menghadirkan kengerian dan rasa takut di sepanjang film, film ini nyatanya juga masih memberikan porsi yang pas untuk dialog penuh komedi yang cukup jenaka. Penempatan jokesnya terasa pas dan beberapa di antaranya bahkan berhasil menjadi semacam "pit stop" untuk penonton sebelum dipersilakan untuk masuk kembali ke "arena balap" yang penuh teror dan jumpscare.

Sebagai film Indonesia pertama berformat IMAX, Pengabdi Setan 2 jelas berhasil memaksimalkan potensi sound dan visual terbaik yang bisa dihasilkan dari sebuah film yang diproduksi dalam format tersebut. Soundnya terasa lebih kencang dari sound system bioskop reguler namun juga terasa lebih detail. Sehingga suara seperti bisikan setipis apapun tetap bisa didengarkan secara detail.

Suara.com
Suara.com

Pun begitu dengan kualitas visualnya yang memanjakan mata walaupun bermain dengan tata cahaya yang sangat minim. Itulah sebabnya, format IMAX film ini tetap saya rekomendasikan untuk dicoba jika memang tersedia di daerah teman-teman pembaca berada. Namun jika tak ada pun, format regulernya saya yakin tetap akan memuaskan.

Sementara kekurangan dari film ini sejatinya ada pada sisi CGI dan beberapa efek visual lain yang masih terlihat cukup kasar. Bukan berarti CGI dan efek visual film ini buruk, bukan. Hanya saja pada beberapa adegan terasa kurang halus sehingga sedikit mengganggu kenikmatan menonton. 

Namun hal tersebut bukanlah sesuatu yang sifatnya substansial dari film ini sehingga bagi saya pribadi sedikit kekurangan tersebut tidaklah memengaruhi kualitas keseluruhan film ini.

Penutup

Lifestyle.kontan.com
Lifestyle.kontan.com

Bagi saya, menyaksikan film ini rasanya seperti diajak ke dalam theme park berisikan beragam permainan  yang membuat jantung berdegup kencang. Kita diajak untuk merasakan pengalaman teror dengan intensitas yang terus ditingkatkan menuju puncak cerita. Sembari tetap dibuat rileks melalui deretan celotehan jenaka dari para aktornya.

Sekali lagi, Pengabdi Setan 2: Communion kembali sukses "menaikkan kelas" horror film lokal. Tentu saja kualitas produksi film ini akan menjadi standar baru film horor nasional yang harapannya akan semakin mengikiskan eksistensi film horor yang dibuat secara "sembarangan".

Betapa menyenangkannya tahun ini bagi para penikmat film horor. Setelah dimanjakan oleh film-film horor berkualitas seperti KKN di Desa Penari, Ivanna dan kali ini waktunya bersinar untuk sekuel yang begitu dinanti yaitu Pengabdi Setan 2 : Communion.

Selamat menyaksikan film ini di tanggal 4 Agustus nanti teman-teman!

Skor: 9/10

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun