Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Ashfall", Ketika Bencana Alam Memaksa Manusia Melawan Kemustahilan

11 Januari 2020   11:05 Diperbarui: 15 Januari 2020   06:47 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ashfall menjadi sajian yang tak boleh dilewatkan oleh para penggemar aksi dan disaster movie. (Sumber: GaragePlay)

Bae Suzy(kincir.com)
Bae Suzy(kincir.com)
Bae Suzy memang sukses menjadi pemanis film ini. Tapi hanya itu saja, karena penampilannya di film ini sejatinya tidak begitu spesial. Bahkan bisa dibilang masih di bawah penampilannya di serial drama aksi populer Netflix tahun lalu yang cukup mencuri perhatian yaitu Vagabond.

Penceritaan pada Ashfall lantas semakin menarik kala dilengkapi dengan balutan CGI dan special effect yang cukup memuaskan. Tampilannya bahkan tak kalah dengan disaster movie asal Hollywood seperti San Andreas, Geostorm, atau 2012 misalnya. Cukup halus dan realistis.

Bahkan menurut penulis pribadi, CGI dalam film ini menjadi lompatan yang cukup besar sejak Korsel membuat film bencana alam pertama mereka, Haeundae. Menjadi penanda bahwa Korsel sudah siap bersaing dengan Hollywood dalam urusan efek visual di tahun-tahun mendatang.

Kdramapal.com
Kdramapal.com
Jika pun ada 1-2 adegan yang mungkin agak kasar polesannya, hal tersebut lantas tak cukup mengganggu dalam menikmati sajian visual yang diramu cukup mewah dan serius tersebut.

Ya, mirip dengan film sci-fi asal Tiongkok, The Wandering Earth (ulasannya baca di sini), yang di beberapa part terkesan kasar visualnya namun masih sangat layak untuk dipuji secara keseluruhan.

Faktor keberuntungan yang melingkupi tokoh utamanya pun masih tetap ada. Namun tak seperti disaster movie lain khususnya 2012 yang faktor keberuntungannya terasa berlebihan bahkan tidak masuk akal.

Ashfall masih berada dalam tahapan yang masih bisa dimaafkan oleh kita sebagai penonton. Karena luck factor memang nyatanya dibutuhkan dalam tiap penceritaan disaster movie, asal dalam penyampaiannya tidak terlalu berlebihan.

Tenindonesia.com
Tenindonesia.com
Ashfall pada akhirnya memang tampil cukup menghibur sebagai disaster movie. Deretan konfliknya pun terasa cukup kaya, padat, dan berisi, meskipun banyaknya percabangan membuat film ini nampak kehilangan tema utamanya sebagai film bencana di pertengahan cerita.

Gempuran efek letusan gunung Baekdu yang digas pada menit-menit awal film juga kemudian diturunkan tensinya di pertengahan demi memberikan porsi drama tersebut. Namun untungnya tensi adegannya dinaikkan kembali di third act-nya untuk memberikan konklusi yang apik, patriotik, sekaligus mengusung tema 'mission impossible'.

Ya, layaknya film bencana lainnya, Ashfall nyatanya juga masih mempertahankan unsur pengorbanan dan misi 'perdamaian' terhadap alam yang marah. Seperti mengebor meteor dalam Armageddon, membuat bahtera Nuh dalam 2012, atau membuat bumi berputar kembali dalam The Wandering Earth.

Ashfall juga memiliki misi luar biasa yang pada akhirnya memaksa manusia untuk melawan kemustahilan sekaligus memberikan statement secara tersirat dan cukup klise bahwa manusia harus menguasai alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun