Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Darah Daging", Aksi Perampokan dengan Sisipan Drama Keluarga yang Menyentuh

6 Desember 2019   10:06 Diperbarui: 6 Desember 2019   19:48 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @skylar_pictures

Drama Aksi yang Tak Hanya Seru Namun Juga Menyentuh

Sumber: Twitter @skylar_pictures
Sumber: Twitter @skylar_pictures
Sebenarnya penulis sudah kepincut dengan film ini sejak pertama kali menyaksikan trailernya bulan lalu. Hanya saja, penulis memang tak memasang ekspektasi terlalu tinggi terhadap film laga ini lantaran takut dikecewakan layaknya Buffalo Boys ataupun Java Heat yang dirilis beberapa tahun silam. Menarik di trailer namun mengecewakan pada saat penayangannya.

Darah Daging bisa dibilang memiliki performa yang melebihi ekspektasi penulis. Bahkan jika boleh jujur, film ini menjadi counter programming yang cukup worth untuk disaksikan di tengah gempuran Jumanji dan Frozen II yang hingga kini masih menguasai layar bioskop nasional.

Setidaknya ada beberapa hal yang menentukan film heist, dalam hal ini film Darah Daging, menarik atau tidak untuk disaksikan. Yang pertama adalah motif atau latar belakang tindakan mereka. Yang kedua adalah eksekusi aksinya. Dan yang terakhir adalah konklusi atas segala tindakan yang mereka lakukan.

Dikarenakan film ini memulainya dengan adegan perampokan terlebih dahulu, maka dalam pembentukan latar belakang atau motif tindakan perampokan yang dilakukan oleh para tokoh utamanya, film ini menggunakan pendekatan flashback untuk menjelaskannya. Tricky namun beruntung hal tersebut berhasil dengan mulus dieksekusi.

Tiap-tiap karakternya mendapatkan porsi penceritaan latar belakang yang cukup padat. Pun dengan alasan-alasan yang menjadi dasar atas tindakan perampokan yang mereka lakukan masih terasa logis dan terbangun dengan cukup apik. Ya, kecuali karakter Borne-nya Tanta Ginting yang terasa kurang solid penceritaan latar belakangnya sehingga nampak muncul sebagai pelengkap saja.

Sumber: Twitter @skylar_pictures
Sumber: Twitter @skylar_pictures
Tak perlulah membahas Ario Bayu, Donny Alamsyah atau Tanta Ginting yang kualitas aksinya sudah tak perlu diragukan lagi. Mereka jelas menjadi pondasi yang kokoh dalam membentuk tiap konflik di film ini menjadi sangat hidup juga relevan dan dekat dengan keseharian.

Karena pujian jelas patut disematkan pada dua nama baru yaitu Rangga Nattra dan Arnold Leonard. Keduanya seakan menjadi angin segar di tengah kemunculan aktor Indonesia yang terkesan itu-itu saja.

Penampilan mereka di sini jelas mampu jadi sorotan. Sehingga menurut penulis, sudah sangat layak bagi mereka untuk bisa diberikan kesempatan bermain di proyek film lain yang lebih menantang.

Sumber: Twitter @skylar_pictures
Sumber: Twitter @skylar_pictures
Estelle Linden juga berhasil menjadi scene stealer pada 1/3 akhir film ini. Bukan hanya karena tiap shoot di film ini mampu mengeksploitasi kecantikannya, namun juga karena perannya sebagai interogator yang menghubungkannya pada sebuah plot twist mampu dieksekusi maksimal dan meyakinkan.

Sedangkan untuk eksekusi aksinya, meskipun tidak terasa spesial namun cukup baik dalam menghadirkan nuansa pertempuran sengit dan mencekam antara polisi melawan perampok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun