Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Ladies in Black", Kisah Transisi Kehidupan 3 Karyawati yang Hangat dan Menyentuh

19 Maret 2019   06:44 Diperbarui: 19 Maret 2019   18:19 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara Patty mewakili kaum perempuan yang nampak terjebak dengan doktrin bahwa istri tidak boleh "mendahului" suami dalam hal pembicaraan masalah ranjang dan kehamilan, sehingga diam adalah pilihan yang tepat. Padahal, komunikasi jelas menjadi faktor utama dalam hubungan sebuah keluarga.

Dengan poin-poin itulah film ini semakin menegaskan posisinya sebagai film yang mengangkat tema girl power. Sebuah tema yang nampak relevan, entah sebagai pembelajaran akan kondisi di masa lalu ataupun sebagai pengingat akan kontribusi wanita di era modern ini.

Kaya akan Kebudayaan Australia

News.com.au
News.com.au
Suguhan CGI kota Sydney era 50-an yang ramai serta gambaran department store klasik yang sedang berada dalam periode sibuknya, juga ditampilkan dengan baik pada film ini.

Suasana dan aktifitas di pusat perbelanjaan yang seru namun juga sedikit menyebalkan akibat beragamnya sikap konsumen, mampu ditranslasikan ke dalam visual yang penuh warna, hangat dan ceria. Sehingga kita seakan turut dibawa ke dalam suasana ceria sekaligus diperkenalkan pada budaya berbelanja masyarakat Sydney di musim liburan.

Heraldsun.com.au
Heraldsun.com.au
Selain visualisasi kota Sydney klasik yang ciamik, film ini sejatinya menawarkan detail kebudayaan lain yang tak kalah mengagumkan. Kostum menjadi poin pertama.

Dimana detail kostum di film ini digarap dengan begitu maksimal dan mampu memberikan gambaran meyakinkan akan pengaruh mode yang dibawa oleh para imigran asal Eropa, kepada masyarakat kelas menengah atas Australia di masa itu.

Poin kedua adalah begitu kentalnya aksen Australia lengkap dengan bahasa slang seperti penyebutan "refos" bagi kaum refugee atau imigran. Tak hanya itu, Australia yang kerap dikenal sebagai negerinya kaum budak di masa lalu, kerap disindir dalam beberapa jokes sarkas yang cukup mengocok perut.


Tak lupa, suasana natal yang cukup unik di Australia pun berhasil disajikan dengan sangat baik. Seperti kita tahu, natal di Australia berbarengan dengan liburan musim panas negara tersebut. Sehingga jika kita biasanya menyaksikan latar salju pada film-film Hollywood berlatar akhir tahun, dalam film ini kita justru disuguhi serunya suasana natal sekaligus liburan musim panas yang hangat.

Penutup

Reelbits.com
Reelbits.com
Ladies in Black jelas menjadi tontonan yang tak hanya menyenangkan dan mudah dipahami, namun juga menampilkan kekayaan budaya Australia serta pesan positif di sepanjang film. Kisah yang hangat dan menyentuh, menjadi sebab kenapa film ini tak boleh dilewatkan begitu saja.

Tone yang ceria juga semakin membangun mood bahagia ketika selesai menyaksikan film ini. Tak lupa, pesan yang kuat tentang emansipasi wanita menjadi pesan yang dominan dan cukup mengena dalam film ini. 

Theblurb.com
Theblurb.com
Kekurangan mungkin hanya ada di beberapa konflik yang nampak antiklimaks dan terkesan terlalu terburu-buru penyelesaiannya. Mungkin karena durasi film yang hanya 1 jam 49 menit namun harus menceritakan kisah 3 tokoh utamanya.

Hal lainnya ada pada scoring yang meskipun bagus, namun cukup terdengar membosankan karena monotonnya tipe scoring yang digunakan. Namun begitu, segala kekurangan tersebut sejatinya tak mengurangi keasyikan dalam menonton film ini.

Jadi, apabila tertarik langsung saja cek jadwal FSAI di kota anda. Karena film ini sangat disayangkan tidak masuk ke bioskop reguler Indonesia. Dan jangan lupa saksikan juga film Australia lainnya di FSAI, agar menambah referensi film dari benua yang terkenal akan eksotisme budaya serta lanskap alam liarnya yang cukup ekstrim tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun