Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hindari Provokasi Karena Perbedaan

10 Juli 2020   19:05 Diperbarui: 10 Juli 2020   19:04 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskriminasi sebenarnya terjadi di banyak negara, termasuk negara yabg sudah sangat maju dari sisi pendidikan maupun teknologinya. Bisa dipastikan bahwa soal keragaman (termasuk sikap diskriminatif ) dari warga sebuah negara dibentuk bukan dari sisi pendidikan tapi juga dari budi pekerti luhur yang dia serap dari sekelilingnya.

Dalam hal ini kita ambil contoh Amerika Serikat yang baru baru ini mengalami kejadian yang menghebohkan dunia yaitu George Floyd yang tewas setelah delapan menit lehernya ditindih lutut oleh seorang polisi. 

Kejadian itu menimbulkan gelombang demonstrasi di seluruh dunia. Banyak toko elit dijarah dan kemarahan luar biasa bergemuruh dari berbagai kalangan meski empat polisi yang menangkapnya sudah dipecat.

Sebelumnya, di AS juga terjadi diskrimasi atas kulit hitam atas nama Ahmaud Arbery -- seorang pemuda yang saat itu sedang jogging di Georgia AS. Arbery ditembak oleh ayah dan anak karena ditengarai sebagai penjahat yang sedang melarikan diri. 

Beberapa catatan juga menunjukkan bahwa banyak warga negara di sana terlibat perlakukan kekerasan (menembak atau berkelahi) yang melibatkan warna kulit berbeda.

Menurut data Statista menyebut bahwa warga kulit hitam yang berjumlah 13 % orang di AS punya kemungkinan tewas tiga kali lipat  karena aparat (polisi) dibanding kulit putih. 

Sehingga memang bisa disimpulkan di sini bahwa dalam daftar sejarah, konflik karena perbedaan warna kulit di AS tidak pernah selesai. Keragaman yang sederhana itu telah gagal diselesaikan oleh negera adidaya tersebut.

Di sisi lain, kita bersyukur bahwa keragaman di negara kita yang luar biasa ini, justru jadi penguat bangsa dan bukan pemecah.Memang ada beberapa konflik tapi itu bisa diredakan.  

Orang Padang sudah biasa hidup dan bergaul dengan orang Jawa, Manado dan Ambon. Begitu juga orang Bali, hidup dengan rukun dengan orang Dayak, orang Rote dan beberapa suku di Papua. 

Begitu juga orang peranakan China penganut Kong Hu Chu juga bersikap baik dengan orang-orang Batak yang berkeyakinan Islam dan Kristen, atau dengan orang Bali yang berkeyakinan Hindu. Mereka hidup bersama dengan baik, berkegiatan ke pasar, sekolah dan belajar bersama.

Yang menjadi dasar dari semuanya itu adalah Pancasila yang menjadi falsafah bangsa kita. Begitu banyak energy yang harus keluarkan jika kita harus saling berseteru karena perbedaan; karena perbedaan di negara ini sangat banyak sehingga tak ada gunanya berkonflik. 

Hindari provokasi yang mengatasnamakan agama atau kesukuan yang bisa memercik konflik. Sekali lagi perbedaan di negara ini adalah kekuatan kita dan kita akan kehabisan energy jika harus terus berseteru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun