Mohon tunggu...
yolasundari
yolasundari Mohon Tunggu... Lainnya - yola Sundari

A Newbie Writer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Modal Sosial sebagai Kunci Sukses Muhammadiyah

24 November 2020   11:10 Diperbarui: 24 November 2020   11:14 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 18 November 1912, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di Bumi Nusantara. Beliau ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam serta ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk hidup menurut tuntunan al-Quran dan al-Hadits. 

Selain itu, sejak awal K.H.Ahmad Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik, melainkan organisasi yang lebih bergerak dibidang agama, sosial dan pendidikan.

Tulisan ini mengupas tentang Muhammadiyah yang merupakan organisasi pembaruan Islam modern terbesar di Indonesia. Muhammadiyah tumbuh dan berkembang dari tahun 1912-1950 yang dikenal sebagai fase pembinaan organisasi. Dalam fase pembinaan tersebut, peran kepemimpinan sangat besar. 

Khususnya saat Muhammadiyah dipegang oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan, dan para penerusnya. Muhammadiyah telah berkembang dari pusatnya di Yogyakarta hingga menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Salah satu kunci sukses Muhammadiyah menjadi organisasi yang besar adalah karena sejak awal organisasi ini memiliki modal sosial.

Kedudukan Muhammadiyah yang didirikan oleh Kyai Dahlan tidak saja sebagai mata rantai dari gerakan pembaruan Islam modern sebagaimana diserukan oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. 

Akan tetapi, Muhammadiyah sejak awal didirikan juga telah menjadi mata rantai dari gerakan Wong Cilik yang ingin mengimplementasikan teologi Al-Ma'un untuk membantu menyejahterakan rakyat kecil, terutama anak yatim dan fakir miskin.

"Kalau tidak seluruh kaum muslimin di negeri ini secara resmi menjadi anggota Muhammadiyah, setidak-tidaknya dampak (impact) perubahan keyakinan gerakan Muhammadiyah terasa cukup besar dikalangan kaum muslimin yang menjadi pengikut gerakan Islam yang lainnya (seperti NU,SI, dan lain-lain)"- K.H. Abdurrahman Wahid (Gusdur), mantan Presiden RI (1999-2001). 

Fenomena tumbuh dan berkembangnya gerakan Muhammadiyah yang cukup pesat dalam fase pembinaan,1912-1950, tampaknya dapat dianalisis dengan teori modal sosial. 

Mengutip Robert Putman, modal sosial pada awalnya diartikan sebagai bagian dari organisasi sosial, terutama berupa kepercayaan, norma dan jaringan yang dengan itu dapat meningkatkan efisiensi masyarakat serta memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi. 

Selanjutnya, Putnam mengartikan modal sosial sebagai bagian dari kehidupan sosial baik berupa jaringan, norma, maupun kepercayaan, yang mendorong partisipan bertindak secara bersama dan efektif guna mencapai tujuan bersama.

Mengikuti alur teori modal sosial dari Putnam tersebut, sejak awal Muhammadiyah telah memiliki modal sosial, baik berupa kepercayaan (sebagai gerakan pemurnian sekaligus pembaruan), norma (melalui slogan kembali kepada Al-quran dan As-sunnah), maupun jaringan organisasi. Dalam hal ini lebih mengelaborasi modal sosial berupa jaringan organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun