Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis dan Fotografi

2 September 2020   06:15 Diperbarui: 2 September 2020   06:35 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebagai manusia tentu aku mempunyai angan-angan, harapan dan cita-cita. Dan sebagai manusia pula aku mempunyai kelemahan. Sehingga mungkin dari sekian banyak cita-cita dan harapan atau angan-angan ada yang belum tercapai.

Melalui lembaran inilah apa yang belum kucapai itu kutitipkan pada pembaca. Terutama anak cucuku yang berkenan melanjutkannya dan meraihnya. Yaitu sebagai penulis profesional dan fotografer kaliber internasional.

Menjadi penulis, menurutku adalah suatu pekerjaan atau profesi yang mulia. Ia mendedikasikan dirinya kepada dunia melalui buah pikiran dan mata pena. Ia membaktikan hidupnya untuk mencerdaskan bangsanya.

Paling tidak ia bisa mencerdaskan generasinya dan/atau generasi berikutnya. Melalui tulisan-tulisannya ia membentangkan suatu cakrawalan baru. Tulisan-tulisannya merupakan jejak sejarah. Ia menjadi sepotong buah pikiran yang terdokumentasi.

Penulis atau pengarang merupakan agen perubahan. Seorang pelopor perubahan. "...Hasil gagasannya akan berkembang di dalam pikiran pembaca-pembacanya," tulis Jakob Sumardjo dalam sebuah bukunya yang pernah kubaca.

Buah pikirnya itu kuambil dari halaman dua puluh enam dalam buku: Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Buku ini diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yokyakarta tahun sembilan tujuh.

Melalui tulisan-tulisannya itu ia mengubah pola pikir masyarakat pembaca dari tidak tahu menjadi tahu. Dan diharapkan dengan perubahan pola pikir akan berubah pula pola tingkah lakunya.

Perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit itu lama kelamaan akan mengubah cara pandang masyarakat tersebut. Tingkah laku yang berubah seiring perubahan cara berpikir dapat dan bolehlah disebut peradaban.

"Hanya dengan menulis, Anda telah ikut berperan mempertahankan peradaban...Jika budaya tulis-menulis gagal, seluruh standar kehidupan berbudaya akan gagal juga." Demikian tulis Ray Mungo dalam buku: Pedoman Menulis Otobiografi di halaman xiii. Buku ini diterbitkan oleh Pustaka Tangga Jakarta tahun sembilan sembilan.

Dengan demikian penulis bisa disebut sebagai pencetus peradaban. Tidak gampang memang. Tetapi bila ada kesadaran dan kemauan untuk membentangkan semangat perubahan maka tak ada yang mustahil.

Itu sebabnya bagi pembaca yang kebetulan doyan membaca, baca apa saja, jangan ragu-ragu untuk merintis karir sebagai penulis. Seperti yang diuraikan oleh Ray Mungo dalam buku yang sama yaitu di halaman xv bahwa: "Membaca dan menulis berjalan bersama-sama." Artinya seorang yang rajin membaca berpotensi menjadi penulis keren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun