Mohon tunggu...
yolaagne
yolaagne Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Jurnalistik

sorak-sorai isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan, Mengantongi Awan

9 April 2020   20:45 Diperbarui: 10 April 2020   11:20 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang perempuan duduk di halte bus dengan rok selutut dan baju hangatnya. Cuaca sedang terik-teriknya tapi ia harus menggunakan baju hangat jika tidak ingin sakit karena mendung yang selalu mengikutinya. "Ah, mendung ini menyebalkan" gumamnya dalam hati. Ia tidak berani mengatakannya dengan lantang, karena mendung yang berada tepat di atas kepalanya dapat berbicara dan mendengar. Bus berhenti, ia bergegas naik ke dalam bus. 

Ia mengambil deret bangku kosong, karena kalau tidak, orang disampingnya akan kedinginan sebab angin yang berhembus dari awan. Perihal dirinya, banyak orang sudah tahu, beberapa surat kabar memajang fotonya di halaman depan dengan judul "Manusia Berteman Awan". Hari-harinya sangat dingin dan mendung, terakhir ia merasakan panas matahari 2 tahun lalu ketika sedang mendaki gunung.

2 tahun lalu ia patah hati karena kekasihnya, untuk melegakan hatinya ia pergi mendaki ke gunung yang masih jarang menjadi pilihan para pendaki. Pendakiannya kali ini ditempuh sendiri, sebenarnya sudah biasa ia mendaki seorang diri. Kemudian sesampainya di puncak ia melihat sebuah gumpalan awan yang sangat gelap. Setelah membuat tenda, ia duduk menikmati pemandangan. 

Cuaca saat itu sedang cerah, lanskap gedung-gedung dan hutan terlihat jelas, hanya saja entah kenapa ada segumpal awan gelap yang sedaritadi diam di atas. Awan-awan yang lain terlihat cerah dan bersinar, hanya awan itu saja yang mendung.

Tak lama kemudian awan itu menghampirinya. Ia mengaku menyukai perempuan itu karena dalam dirinya ada mendung disana. Semenjak itu, awan mendung selalu mengikutinya kemanapun. Hidup perempuan itu juga menjadi mendung, tak ada orang yang berani mendekatinya karena petir seringkali muncul jika ada orang asing. 

Tak jarang perempuan berambut sebahu ini bertanya kepada awan mendung kenapa selalu mengikutinya, awan hanya menjawab "Karena di dalam dirimu ada mendung". Perempuan itu juga seringkali menghardik mendung agar pergi tapi tidak berhasil. Tapi ada baiknya, jika hujan perempuan tidak perlu membawa payung karena awan akan melindunginya. Awan mendung itu tidak pernah membuat hujan, ia hanya mendung tanpa hujan.

Hingga suatu saat seorang lelaki datang kepadanya, mencari tahu. "hai, kau perempuan yang mengantongi mendung itu ya?" Tanya lelaki saat perempuan sedang duduk di halte menunggu kedatangan bus. "kau bisa lihat sendiri kan?" jawab perempuan sambil menunjuk ke atas kepalanya. 

Lelaki itu adalah seorang wartawan yang sedang berusaha berkenalan dengan perempuan karena suruhan pimrednya dengan iming-iming bayaran tinggi. 

Tiba-tiba hujan turun deras, orang-orang mulai memenuhi halte untuk berteduh. Perempuan itu berdiri meninggalkan halte agar orang lain bisa berteduh, pikirnya awan tidak akan membuat ia kebasahan. Lelaki itu mengikutinya dengan pikiran heran.

Sekarang perempuan berdiri dengan awan dikepalanya sedang lelaki berdiri dengan hujan yang membasahi kemejanya. "boleh aku ikut berteduh di awanmu?" Tanya lelaki. 

"Boleh saja, asal jangan mengeluh jika ia memberikanmu petir" jawab perempuan. Tanpa menghiraukan ucapan perempuan, lelaki itu berdiri persis di samping perempuan dengan awan di atas kepala. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun