Mohon tunggu...
yolaagne
yolaagne Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Jurnalistik

sorak-sorai isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlukah Daerah Tertinggal Kuliah Online?

23 Maret 2020   15:31 Diperbarui: 23 Maret 2020   15:42 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi virus corona masih terus menyebar. Setelah menggempur China sebagai tempat asalnya dan beberapa negara lainnya. Kini virus covid-19 masuk wilayah Indonesia. Sekarang giliran negara asia tenggara yang bertarung melawan virus baru ini.

Virus corona atau yang bisa juga disebut covid-19 meresahkan semua masyarakat dan virus ini mampu mengubah gaya hidup manusia, yang awalnya bebas melakukan kegiatan di luar rumah kini harus melakukan kegiatan dari dalam rumah. 

Semua orang kini harus melakukan sosial distance guna menekan angka penyebaran covid-19. Dengan adanya sosial distance gaya hidup masyarakat kini berubah mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. 

Semua kegiatan diupayakan tetap bisa berjalan meski di rumah, pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah, rencana liburan yang harus ditunda dan kuliah yang harus tetap berjalan meski di rumah.

Salah satu tantangan bagi kampus, dosen dan mahasiswa sendiri adalah berjalannya perkuliahan melalui akses daring. Tentu banyak kendala yang didapati dari pemberlakuan kuliah online secara mendadak ini, terutama untuk daerah tertinggal yang harus kuliah online dengan sarana, prasarana yang tidak memadai. 

Mulai dari mahasiswa yang tidak memiliki smartphone, mahasiswa dan dosen yang gaptek (gagap teknologi), finansial mahasiswa yang tidak mendukung, sinyal yang susah dll.

Tidak seperti di kota-kota besar yang memiliki akses  internet memadai dan rata-rata mahasiswanya sudah tidak gaptek lagi. Di daerah-daerah kecil kita masih bisa mendapati mahasiswa yang tidak punya smartphone, tidak mengerti cara mengirim tugas melalui surat elektronik dll. 

Itu adalah kenyataan yang masih ada sampai sekarang. Mau-tidakmau mahasiswa di daerah hanya memanfaatkan layanan pesan Facebook atau biasa dikenal dengan pesan Messenger, yang hanya bisa mengirim pesan teks tanpa gambar ataupun vidio. 

Bisa mengirim pesan Tanpa takut kuota internet habis, karena Messenger dapat mengirim pesan tanpa memerlukan kuota internet, tidak seperti halnya WhatsApp dan Instagram.

Bahkan, di kota besar jika mahasiswanya termasuk keluarga dengan berpenghasilan minim, bagaimana bisa ia mengikuti perkuliahan dengan harus menyiapkan banyak kuota internet sedangkan untuk bayar indekosnya saja susah. 

Belum lagi jika tidak punya kuota internet dan memilih ke kampus untuk sekedar mengikuti kuliah online dengan jaringan Wi-Fi. Bukankah itu sama saja dengan nyerukan kuliah online agar terhindar dari covid-19 tapi malah tertular karena keluar rumah untuk mengirim tugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun