Mohon tunggu...
Joe
Joe Mohon Tunggu... -

Hasrat, kemauan, idealisme, tiang penyanggaku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PMKRI Denpasar Kutuk Pelaku Pemboman di Samarinda

21 November 2016   22:18 Diperbarui: 21 November 2016   23:15 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan Sikap DPC PMKRI Denpasar Sanctus Paulus Periode 2016-2017

Ada paradoks yang kita rasakan dalam realitas kebangsaan hari ini. Wawasan kebangsaan yang dikandung dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika, Ideologi Pancasila, UUD ’45, dan NKRI yang sesungguhnya menjadi karakter bangsa ini, perlahan luntur oleh praktek kehidupan berbangsa dan bernegara yang kerap kali terjadi. Sayangnya, negara tidak memiliki instrumen efektif untuk menginternalisasikan nilai-nilainya. Kalaupun ada, sifatnya lebih sekadar sosialisasi pengetahuan (transfer of knowledge) kepada kalangan terbatas 1tapi bukan untuk membangun fondasi kebangsaan.

Maraknya kejadian-kejadian yang mengancam Kebhinekaan Indonesia akhir-akhir ini memicu kegelisahan seluruh elemen masyarakat. Bangsa Indonesia yang telah merdeka selama 71 tahun dan 88 tahun mengikrarkan sumpah pemuda untuk mempertegas semangat persatuan dan kesatuan bangsa, perlahan terkikis oleh masifnya upaya-upaya yang mengancam peri kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Semestinya di usia yang cukup matang tersebut kemajemukan dipahami sebagai kekayaan, anugerah, bukannya alasan untuk memecah belah bangsa ini.

Peristiwa pemboman yang terjadi di Gereja Oikoumene, Kota Samarinda, Kalimantan Timur merupakan peristiwa yang tidak boleh dianggap sepele oleh setiap elemen bangsa. Aksi terror tersebut menunjukkan bahwa bangsa yg dibentuk dan terbentuk melalui kebhinekaan, semangat persatuan dan kesatuan tengah diancam oleh upaya sebagian orang untuk mengoyak tatanan hidup berbangsa dan bernegara ditengah kemajemukan. Aksi teror tersebut mencerminkan patologi sosial yang ditimbulkan oleh ketidaksetiaan kita dalam mengamalkan nilai-nilai luhur bangsa ini, bangsa yang sarat pluralisme. Hal ini semakin mempertegas bahwa kita sedang mengalami krisis dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan.

Dalam pada itu, aksi teror tersebut menandakan kemiskinan dalam konteks keagamaan. Semangat ke-Tuhan-an dikembangkan tanpa keadaban nilai-nilai kasih sayang yang menjadi kaidah emas semua agama. Modus beragama yang berhenti pada formalisme peribadatan, tanpa kesanggupan menggali interioritas nilai spiritualitas dan moralitas hanya berselancar di permukaan gelombang bahaya. Tanpa menyelam di kedalaman pengalaman spiritual, keberagamaan menjadi tak teraktualisasikan dan menjadi sebatas wacana. Agama yang seharusnya membantu manusia untuk menyuburkan rasa kesucian, cinta kasih, dan perlindungan kerap memantulkan rasa keputusasaan dan kekerasan dalam bentuk terorisme, permusuhan, dan intoleransi.

Disharmonisasi kehidupan beragama menjadi krisis akut yang mesti ditangani. Jika kita tak mau pelumpuhan kapasitas kewargaan untuk menjalin persatuan dalam keragaman menjadi realitas yang kerap terjadi. Dengan kata lain, terorisme memang harus dikecam, tetapi selebihnya harus menjadi wahana refleksi diri bagi seluruh elemen bangsa ini untuk saling menghargai perbedaan ditengah keberagaman yang syarat gesekan.

Oleh karena itu, melihat kondisi bangsa yang masih sensitif dan rentan terhadap berbagai persoalan sosial terutama terorisme dan upaya untuk menjunjung tinggi keberagaman, maka kami PMKRI Cab. Denpasar Sanctus Paulus menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Mengecam dan mengutuk kejadian pengeboman di Samarinda, siapapun pelaku dan apapun motifnya karena dapat merusak toleransi hidup beragama.

2. Mendesak pemerintah dan pihak kepolisian untuk bersikap tegas dan mengusut secara tuntas terhadap pelaku pengeboman tersebut secara profesional dan proporsional.

3. Menghimbau kepada masyarakat agar tidak terprovokasi dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, menjaga tegaknya NKRI dan Kebhinekaan.

Denpasar, 15 November 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun