Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Meluruskan Polemik Prakerja

2 Mei 2020   17:00 Diperbarui: 2 Mei 2020   16:52 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52488832

Sekali lagi seiring pandemi Covid-19, model pelatihan harus difokuskan menjadi online, guna mendukung proses physical distancing dan jaga jarak. Benarkah platform digital itu otomatis menerima Rp5.6triliun anggaran pelatihan? Jelas tidak. Mitra pelatihan digital hanyalah marketplace yang menghimpun 192 institusi pelatihan dan menawarkan ribuan paket pelatihan. Paket-paket itu disajikan oleh mitra digital untuk diakses oleh 5.6 juta peserta prakerja, yang masing-masing dibekali Rp1juta untuk biaya pelatihan.

Artinya, total biaya pelatihan Rp5.6triliun tidak dipegang oleh mitra program, melainkan disalurkan langsung pada peserta. Peserta sendiri yang memilih paket pelatihan sesuai minat dan kebutuhan. Karena itulah pemilihan mitra Prakerja tidak dilakukan melalui tender, karena mereka bukan pengelola dana pelatihan. Mereka hanya penyedia lapak yang mempertemukan institusi pelatihan dengan peserta prakerja. Dan memang platform digital Indonesia yang memiliki kapasitas untuk menjadi mitra Prakerja saat ini jumlahnya hanya segelintir, termasuk 8 platform mitra tersebut.

Kualitas Pelatihan

Seiring proses Physical Distancing, metode pelatihan prakerja pun disesuaikan. Rencana semula untuk menggabungkan pelatihan online dan ofline, diubah menjadi sepenuhnya online. Apakah pelatihan online otomatis tak berkualitas? Tentu tidak, karena paket pelatihan kartu Prakerja dilengkapi silabus pembelajaran, dan materinya pun disampaikan para pakar dan praktisi kompeten. Pelatihan juga dilengkapi evaluasi untuk mengukur penguasaan materi, dan juga sertifikat kelulusan.

Kalau ada yang bilang materi pelatihan Prakerja tersedia gratis di internet, mungkin dia lupa bahwa internet memang menampung segalanya. Kalau mau melacak, bahkan materi pelajaran SD hingga perguruan tinggi pun tersedia di internet. Apakah ini jadi dalil untuk menutup sekolah dan kampus-kampus? Tentu tidak, karena institusi pendidikan dibutuhkan untuk menyusun pemahaman dan kemampuan yang sistematis, serta memberi pelembagaan kapasitas dan kompetensi.

Paket pelatihan Prakerja juga sangat banyak dan variatif, mencakup ribuan kelas dengan biaya per paket mulai dari Rp24ribu hingga Rp1juta. Jika mengambil paket seharaga Rp100ribu, peserta bisa mengambil 10 pelatihan, semua ditanggung oleh prakerja. Peserta bisa memilih sesuai kebutuhan, karena mereka adalah para pekerja yang harus diperlakukan secara dewasa.

Rekruitmen Peserta

Yang tak kalah penting, berbagai fasilitas insentif dan pelatihan itu sangat mudah diakses melalui sistem online. Para pekerja terdampak pandemi di seluruh Indonesia tak perlu berjubel antre, cukup mendaftar di rumah melalui telpon genggam. Sistem pendaftaran juga dilengkapi seleksi digital yang mendeteksi setiap pendaftar melalu verifikasi NIK, verifikasi status pekerjaan dan teknologi face recognition. Dengan begitu, dipastikan bahwa pendaftar yang lolos berusia di atas 18 tahun, tidak memalsukan data catatan sipil dan tidak sedang sekolah/kuliah.

Pendaftaran dengan model open access ini paling tepat untuk rekrutmen prakerja, karena memotong birokrasi yang berbelit dan kerap menyulitkan pekerja. Gelombang pendaftaran yang dibuka tiap pekan hingga 30 gelombang, memberi kesempatan bagi para pendaftar yang belum lolos agar bisa mengikuti pendaftaran pada gelombang berikutnya.

Terlepas riuhnya komentar nyinyir para pengkritik di Sosmed, yang jelas 8.6 juta orang sudah mendaftar prakerja hingga gelombang dua pekan lalu. Itu membuktikan bahwa sektor informal, UMKM, korban PHK sangat butuh Program Prakerja. Seperti yang sudah-sudah, mayoritas pengkritik yang nyinyir di Sosmed adalah kelas menengah yang hidupnya terpisah dari realitas keseharian warga.Mungkin mereka tak pernah bersentuhan sama sekali dengan para buruh dan korban PHK, hanya mengira-ngira dengan sudut pandang subyektifnya.

Mungkin mereka lupa, Jokowi adalah pengusaha yang merangkak dari bawah. Dia cukup paham dunia usaha dan ketenagakerjaan. Dia juga tetap rajin blusukan, turun lapangan meski sudah jadi pejabat. Itulah yang membuat presiden kita tetap terhubung dengan suasana batin rakyat lapisan bawah, tidak seperti kaum nyinyir yang hidup di menara gading tapi merasa paham segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun