Presiden Jokowi terus meresmikan berbagai proyek infrastruktur yang dibangun untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Kali ini (29/01/2020), Jokowi meresmikan Terowongan Nanjung yang berlokasi di kawasan Hulu Citarum di Curug Jompong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bukan sekedar peresmian, infrastruktur yang dibangun untuk menanggulangi banjir di kawasan Bandung dan sekitarnya ini sudah terbukti efektifitasnya.
1. Terowongan Nanjung Memperluas Volume Citarum
Terowongan Nanjung mulai dibangun sejak November 2017 melalui kontraktor KSO PT Wijaya Karya dan PT Adhi Karya. Proyek senilai Rp 316,01 miliar ini dibiayai APBN, dan telah rampung Desember 2019. Terowongan ini terdiri dari dua saluran dengan panjang masing-masing 230 meter dan diameter 8 meter. Dengan ukuran itu, Terowongan Nanjung bisa meningkatkan kapasitas sungai Citarum dari 570 meter kubik per detik menjadi 669 meter kubik per detik. Seiring tuntasnya Terowongan Nanjung dan infrastruktur pendukung, area genangan banjir di kabupaten Bandung dan sekitarnya akan berkurang dari 490 hektar menjadi 80 hektar.
2. Pemerintah Pusat Sediakan Dana, Pemda Bebaskan Lahan
Guna menanggulangi bencana banjir yang selalu melanda setiap tahun, terowongan Nanjung juga beriring dengan 16 proyek pendukung lain. Untuk keperluan ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah membebaskan 4.5 hektar lahan, ditambah pembebasan 10 hektar lahan oleh pemerintah Kabupaten Bandung. Infrastruktur yang dibangun di lahan itu mencakup kolam retensi air dan sodetan sungai. Di sinilah terlihat soliditas peran pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten. Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR menyediakan proyek infrastruktur, sementara pemerintah daerah memastikan tersedia lahan untuk mengerjakan proyek tersebut. Dan dampaknya, rakyat pun merasakan manfaat atas pembangunan tersebut.
3. Warga Bandung Menikmati Dampak Pembangunan
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono menuturkan, pada puncak curah hujan di Bandung 17 Desember lalu, masyarakat sekitar sungai Citarum sudah bersiap mengungsi. Ketika air masuk hingga penuh ke Dayeuh Kolot, terowongan dibuka pada 23.15 WIB, dan pada pukul 05.00 keesokannya air sudah sudah surut dan warga pun urung mengungsi. Berkat pengoperasian terowongan tersebut, jumlah warga terdampak banjir pun menurun sangat tajam. Bupati Bandung menuturkan, pada musim hujan sebelumnya, puncak curah hujan mengakibatkan 160 ribu warga mengungsi. Adapun pada puncak curah hujan pada desember lalu, hanya 77 ribu orang yang mengungsi.
Setelah penuntasan terowongan Nanjung, pada tahun ini kolam retensi di Gedebage dan Cienteung serta sodetan Cisangkuy akan segera selesai. Dengan begitu, diperkirakan warga yang terdampak banjir akan terus menurun tajam. Meskipun begitu, Presiden berpesan bahwa rangkaian infrastruktur tersebut tak akan sepenuhnya menghilangkan dampak banjir ketika curan hujan tinggi. Karenanya, reboisasi dan rehabilitasi lahan juga harus dilakukan. Selain itu, tentu warga Bandung juga harus turut terlibat dengan membiasakan gaya hidup yang peduli ekosistem, sehingga lingkungan pun menjadi ramah terhadap manusia.