Mohon tunggu...
mort retardée
mort retardée Mohon Tunggu... Penulis

Menulis, membaca , rekreasi. Jika gagal jangan takut untuk mencoba kembali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemerdekaan yang Tidak MerataJanji yang Belum Tuntas

11 Agustus 2025   17:20 Diperbarui: 11 Agustus 2025   17:20 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dokumen Pribadi 

Kemerdekaan selalu digaungkan sebagai hak setiap warga negara, sebuah titik balik dari penindasan menuju kebebasan. Namun, ketika kita menengok realitas, kemerdekaan itu sering kali hanya berhenti pada slogan. Bagi sebagian orang, kemerdekaan berarti akses terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan layak, dan kebebasan berpendapat. Tetapi bagi yang lain, kemerdekaan hanyalah konsep di televisi---sesuatu yang jauh dari genggaman mereka.

Ketidakmerataan kemerdekaan tampak jelas ketika kesenjangan ekonomi menganga lebar. Di pusat kota, orang berbicara tentang inovasi digital dan gaya hidup modern. Di pelosok, warga masih berjuang mendapatkan air bersih dan listrik. Di ruang rapat, elit politik membahas "pembangunan inklusif", sementara di lapangan, pembangunan itu tak pernah benar-benar sampai pada mereka yang paling membutuhkan.

Yang lebih menyedihkan, kemerdekaan berpendapat pun tak selalu merata. Sebagian bisa bersuara lantang di media sosial, tapi sebagian lain dibungkam oleh ancaman, aturan yang kabur, atau rasa takut akan konsekuensi. Kebebasan di atas kertas ternyata berbeda jauh dengan kebebasan di dunia nyata.

Jika kemerdekaan adalah rumah, maka pondasinya adalah keadilan dan pemerataan. Tanpa itu, rumah tersebut akan miring, rapuh, dan suatu saat runtuh. Kita mungkin telah merdeka dari penjajahan asing, tetapi kita belum benar-benar merdeka dari ketidakadilan, kemiskinan, dan diskriminasi. Kemerdekaan sejati hanya ada ketika semua warga negara---tanpa memandang latar belakang, lokasi, atau status sosial---dapat menikmati hak yang sama.

Kemerdekaan yang tidak merata adalah kemerdekaan yang setengah hati. Dan selama janji itu belum tuntas, perayaan kemerdekaan hanyalah pesta yang tak semua orang diundang untuk hadir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun