Sungai bukan hanya aliran air yang memotong desa-desa, melainkan juga urat nadi kehidupan. Di Desa Cilopadang, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, sungai menjadi tempat bergantungnya aktivitas pertanian, perikanan, hingga budaya masyarakat sekitar. Namun beberapa tahun terakhir, warga mulai merasakan kehilangan: populasi ikan lokal, terutama ikan Nilem (Osteochilus hasselti) (Gambar 1), kian menurun.
Fenomena ini bukan hal sepele. Ketidakseimbangan ekosistem sungai yang disebabkan oleh penangkapan berlebih (overfishing), pencemaran limbah, dan penggunaan alat tangkap ilegal seperti setrum dan racun ikan, membuat perairan yang dulunya kaya biodiversitas menjadi senyap. Menjawab kegelisahan itu, sebuah inisiatif kolaboratif digerakkan: pelatihan restocking ikan Nilem untuk POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas).
Restocking Bukan Sekadar Menebar Benih
Restocking adalah proses pelepasliaran ikan hasil budidaya ke habitat alaminya dengan tujuan menambah populasi dan memperbaiki keseimbangan ekosistem. Pada 2024, kegiatan restocking di Sungai Cilopadang dilakukan dengan menebar 13.000 ekor benih ikan Nilem berukuran 8–10 cm yang dipasok dari hatchery lokal. Kegiatan ini didampingi oleh tim akademisi dari Aquabio Research Group FPIK UNSOED, Dinas Perikanan Cilacap, Babinsa, Bhabinkamtibmas, komunitas nelayan lokal, dan tokoh masyarakat.
Menurut Sugiannor Farid, S.ST, M.Si, Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan dari Dinas Perikanan Cilacap, keberhasilan restocking sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat. “Kalau hanya menebar benih tanpa pengawasan dan edukasi, maka program ini tidak akan bertahan lama,” ujarnya saat pelatihan.
POKMASWAS: Dari Pengawas Jadi Pelopor
POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) bukanlah kelompok baru di Cilacap. Mereka dibentuk untuk membantu mengawasi kawasan konservasi dan memantau aktivitas perikanan. Namun, dalam pelatihan kali ini, mereka naik kelas — dari sekadar pengawas menjadi aktor utama pelestari sungai. Mereka dilatih tentang teknik restocking, pemilihan spesies lokal (menghindari ikan invasif seperti nila atau lele), pemantauan kualitas air, hingga edukasi ke masyarakat sekitar.
Menurut Totok Budiono, Ketua POKMASWAS Cilopadang, banyak masyarakat belum tahu bahwa ikan Nilem adalah spesies lokal yang bernilai tinggi. "Selama ini orang hanya kenal lele atau nila, padahal Nilem bisa jadi abon, kerupuk, bahkan pakan tambahan untuk ayam dan bebek," ujarnya.