Mohon tunggu...
Yohanes De Britto Wirajati
Yohanes De Britto Wirajati Mohon Tunggu... Penulis - Dosen Jurusan Seni Murni FSRD ISI Surakarta

Dosen/Peneliti/Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membayangkan Komunitas Terbayang Ben Anderson (Ulasan Singkat)

5 November 2020   18:00 Diperbarui: 5 November 2020   18:04 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam buku Imagined Communities, Benedict (Ben) Anderson berusaha untuk menjelaskan tentang asal-usul dan perkembangan Nasionalisme. Ben Anderson mendefinisikan Nasion/Nation sebagai sebuah komunitas politis yang terbayangkan. Mengapa terbayangkan? 

Menurut Ben Anderson, bahkan dalam sebuah negara yang paling kecil saja, seluruh penduduknya tidak mungkin saling mengenal, sudah pernah saling bertemu seluruhnya, atau pun mendengar tentang satu sama lain. 

Hal ini menunjukkan bahwa kebersamaan, perasaan saling berhubungan dan elemen-elemen Nasionalisme lainnya sesungguhnya hanya berada dalam bayangan para anggotanya saja. Pengikat kebersamaannya bisa bermacam-macam. Mulai dari sejarah, bahasa, letak geografis, posisi geopolitis dan hal-hal konkret lainnya.

Menurut saya, setelah membaca dan mencoba menyimpulkan beberapa pemahaman yang terhampar di buku Ben Anderson ini, ada hubungan yang kuat antara Nasionalisme, Bahasa dan  perkembangan industri dan teknologi (baca : Kapitalisme). Sederhananya, muncul kecurigaan bahwa Nasionalisme yang dibentuk melalui  dominasi bahasa sesungguhnya adalah sebuah usaha untuk melanggengkan ataupun menguatkan praktik kapitalisme.

Berdasarkan refleksi atas pembacaan buku Imagined Communities tersebut, saya tertarik untuk menghubungkannya dengan kondisi Indonesia sekarang. Nasionalisme di Indonesia dibayangkan dengan sangat dangkal. 

Alih-alih penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, ciri Nasionalisme hanya diperlihatkan dengan menggunakan kopiah dan baju batik. 

Hal ini berimbas pada keraguan atas alasan bersatunya wilayah dan masyarakat Indonesia. Ketidakpuasan atas negara dan pemerintahan pun bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. 

Apakah rakyat yang menamai dirinya  rakyat Indonesia dipersatukan atas dasar konsensus dan konsolidasi yang dilakukan di antara mereka? Atau apakah Indonesia ini adalah warisan kolonial? Dan kemudian dibiarkan tetap begini kondisinya agar bentuk-bentuk baru praktik kolonialisme tetap bisa tumbuh subur di negeri ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun