Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Penggemar

https://linktr.ee/yogipratama900

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah dan Makna Hari Raya Waisak

7 Mei 2025   15:44 Diperbarui: 7 Mei 2025   15:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah dan Makna Hari Raya Waisak

Hari Raya Waisak, atau dikenal pula sebagai Tri Suci Waisak, adalah salah satu momen suci yang sangat dihormati oleh umat Buddha di seluruh dunia. Setiap tahunnya, perayaan ini diperingati untuk mengenang tiga peristiwa agung dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yaitu kelahirannya, saat mencapai pencerahan sempurna (Bodhi), dan wafatnya menuju Parinibbana. Uniknya, ketiga peristiwa besar tersebut diyakini terjadi di hari yang sama menurut kalender lunar, yakni ketika bulan purnama muncul di bulan Waisak, yang biasanya jatuh antara Mei hingga Juni.

Awal Mula Hari Raya Waisak

Siddhartha Gautama, yang kelak menjadi Buddha, lahir sekitar tahun 623 SM di sebuah taman bernama Lumbini, yang kini berada di wilayah Nepal. Ia adalah putra Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya dari kerajaan kecil Kapilavastu. Sejak kecil, Siddhartha tumbuh dalam kemewahan istana, namun hatinya penuh dengan pertanyaan tentang penderitaan manusia.

Di usia 29 tahun, ia memilih meninggalkan kehidupan istana dan kemewahan untuk mencari makna sejati kehidupan dan jalan mengatasi penderitaan. Setelah bertahun-tahun bermeditasi dan bertapa, akhirnya di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, Siddhartha mencapai pencerahan dan menjadi Buddha. Selanjutnya, hingga usia 80 tahun, ia mengajarkan Dharma, atau ajaran kebenaran, sebelum akhirnya wafat di Kusinara (sekarang Kushinagar, India), memasuki Parinibbana, yakni pelepasan akhir dari siklus kelahiran dan kematian.

Di Indonesia sendiri, Hari Raya Waisak ditetapkan sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983. Penetapan ini menegaskan pentingnya Hari Raya Waisak tidak hanya bagi umat Buddha, tetapi juga sebagai bagian dari keragaman budaya bangsa.

Tradisi Perayaan Waisak di Indonesia

Di Indonesia, perayaan Waisak paling megah biasanya berlangsung di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Rangkaian acaranya dimulai dari Candi Mendut, lalu para peserta berjalan kaki menuju Candi Pawon, dan akhirnya berakhir di Candi Borobudur. Perjalanan ini merupakan bentuk pradaksina, yakni ritual mengelilingi candi searah jarum jam sambil mengucapkan doa atau mantra.

Beragam kegiatan spiritual mewarnai Hari Raya Waisak. Salah satunya adalah 

Puja Bhakti, yakni sembahyang dan meditasi di vihara. Selain itu, ada pula tradisi Pindapata, di mana para bhikkhu berjalan berkeliling menerima dana makanan dari umat. Kegiatan ini melambangkan rasa saling berbagi dan merendahkan diri. Yang paling ditunggu-tunggu adalah ritual pelepasan lampion. Ribuan lampion diterbangkan ke langit malam, menjadi simbol harapan, doa, dan pencerahan batin. Puncak acara Waisak ditandai dengan detik-detik Waisak, yakni saat bulan purnama berada tepat di posisi tertinggi. Pada momen ini, para umat berkumpul dalam keheningan, bermeditasi, dan mengucapkan doa bersama.

Makna Spiritualitas Waisak

Hari Raya Waisak memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar upacara keagamaan. Ini adalah saat untuk refleksi diri---merenungkan tentang penderitaan, perjalanan hidup, serta bagaimana mencapai kebahagiaan sejati melalui ajaran Buddha.

Waisak juga mengajarkan pentingnya membangun kasih sayang kepada semua makhluk hidup. Prinsip hidup tanpa kekerasan, berbuat kebaikan, berkata jujur, dan menjaga pikiran tetap bersih menjadi nilai-nilai yang ditekankan. Melalui Waisak, umat Buddha diingatkan untuk terus menumbuhkan cinta kasih, toleransi, dan keharmonisan di tengah keberagaman kehidupan.

Hari Raya Waisak lebih dari sekadar perayaan ritual. Ia adalah momen sakral untuk kembali merenungi nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh Buddha. Dengan menghidupkan semangat kasih sayang, kedamaian, dan kesadaran, Waisak menjadi pengingat bagi semua orang untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan harmonis.

Selamat Hari Raya Waisak 2568 BE. Semoga cahaya kebijaksanaan dan kasih tanpa batas terus membimbing setiap langkah kita menuju kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun