Mohon tunggu...
Yogi Ra
Yogi Ra Mohon Tunggu... Editor - mari membaca

ini adalah bio

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mematahkan Stigma Masyarakat Belahan Dunia Bahwa Islam adalah Terorisme

28 Maret 2019   15:55 Diperbarui: 28 Maret 2019   16:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Peristiwa mengerikan telah terjadi di Chrischurc - Newzealand yang merenggut puluhan korban jiwa dan luka-luka tepatnya di dua masjid Al-Noor dan masjid Linwood. Peristiwa berdarah pada Jumat 15 Maret 2019 tersebut belakangan diketahui pelakunya merupakan warga Australia bernama Brenton Terrant yang selama ini dikenal dengan moto nasionalisme kulit putih dan anti imigran.

Seorang pria berpakaian serba hitam lengkap dengan pelindung kepala dan senjata masuk ke masjid. Tanpa ragu pria tersebut menekan pelatuk senjatanya ke arah jamaah sholat Jumat. Aksi brutal yang tidak manusiawi tersebut direkam secara langsung dan disebarkan ke media sosial yang terhubung pada saat itu juga.

Menanggapi hal tersebut, Dosen Psikologi Untag Surabaya, Drs. Yanto Prasetyo, Msi.Psikolog angkat bicara. Menurutnya, beberapa hal terkait kondisi kejiwaan seseorang terjadi karena faktor internal yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri.

''Setiap orang selalu memiliki sifat agresif, ada yang terkontrol ada yang tidak terkontrol. Tetapi ada juga seseorang dengan pembawaan yang tenan, sifat agresifnya tiba-tiba muncul ketika dia dalam keadaan terdesak. Kalau dalam bahasa psikologi apa pun akan sangat mungkin terjadi,'' tuturnya.

Yanto juga menambahkan penjelasannya dengan gambaran sederhana, yang mana seseorang butuh sebuah keseimbangan. Dengan keseimbangan seseorang akan dapat mengendalikan emosi yang ada pada dirinya. Dalam hal ini ketika seseorang sudah tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, maka sesuatu yang tidak diinginkan bisa saja terjadi.

''Contoh sederhana, sebenarnya seseorang butuh balancing atau keseimbangan. Ketika dia dalam keadaan tertekan harusnya ada waktu untuk melepaskan tekanan-tekanan tersebut. Jika tekanan ditahan terus menerus, maka tekanan akan meningkat dan terjadilah under control,'' ungkap Yanto ketika ditemui tim warta17agustus.com di Laboratorium Psikologi Untag surabaya.

Tidak hanya itu, selain faktor internal juga ada faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Ketika seseorang dengan wawasan sempit mendapat informasi sepihak yang tersebar luas oleh media, maka hal tersebut akan menjadi sebuah pembenaran bagi dirinya. Hal tersebut lah yang membuat seseorang terinspirasi untuk melakukan sesuatu hal.

''Faktor eksternalnya yaitu pengaruh media. Baik membaca artikel di internet, majalah, koran, televisi yang dapat menggiring sebuah opini, hingga main game sekalipun. Dan pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa membunuh itu adalah sebuah kemenangan. Jika dilihat dari kaca mata mereka, mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan adalah sesuatu yang wajar. Tapi jika dihat dari sudut pandang kita, tentunya itu akan sangat berbeda,'' papar dosen mata kuliah Teori Kepribadian tersebut.

Lebih lanjut Yanto mengatakan terkait sejarah yang hingga saat ini masih terbukti, bahwa perang tidak akan pernah usai. Menurutnya setiap orang akan selalu mempertahankan egonya masing-masing, kecuali mereka menyadari, dengan toleransi, perseteruan kedua pihak yang berseberangan akan mudah diminimalisir atau bahkan dihindari.

''Kita harus bersikap toleran, biarkan orang yang beragama lain beribadah kemudian kita juga beribadah. Tidak usah mengurusi agama dan kepentingan orang lain. Jika itu dapat dilakukan, artinya kita sama sama memiliki sikap toleran. Sepanjang kita bisa toleransi, menghargai dan tidak mengasut satu sama lain, sebenarnya peristiwa serupa tidak akan terjadi.

Tragedi pembunuhan masal di Chrischurc - Newzealand tersebut sekaligus mematahkan sebuah stigma yang saat ini masih melekat dalam benak pikiran masyarakat belahan dunia, bahwa teroris adalah Islam. Namun pada kenyataanya, kejahatan terorisme tidak hanya dilakukan oleh umat Muslim semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun