Mohon tunggu...
I Putu Yoga Purandina
I Putu Yoga Purandina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Dharma Acarya STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Aktif dalam penelitian bidang pendidikan dan pengajaran bahasa terutama bahasa Inggris untuk Anak, Pendidikan berbasis Cerita Anak, Pendidikan Karakter, Kesantunan Bertutur Kata, Literasi Digital untuk Anak, Serta aktif membahas isu aktual baik sosial dan budaya. www.purandinacollege.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kartini Masa Kini: Antara Karir dan Keluarga

21 April 2022   10:15 Diperbarui: 21 April 2022   10:31 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa yang tidak kenal dengan sosok pejuang hak-hak emansipasi perempuan Indonesia. Seluruh perempuan seluruh Indonesia hendaknya bersyukur dan berbangga dengan bagaimana perjuangan beliau di masa dulu. Bahkan dunia internasionalpun mengakui bagaimana rekam jejak dan semangat perjuangan beliau di bumi nusantara ini. 

Ya, betul beliau adalah Raden Adjeng Kartini yang telah kita telah seperti Ibu kita, ibu dari bangsa ini, seperti yang tertulis dalam syair lagu nasional Ibu Kita Kartini.

Jauh sebelum bangsa ini merdeka kemudian perkembangan kehidupan bangsa yang semakin pesat di era sekarang ini, dimana antara lak-laki dan perempuan hampir tidak memiliki sekat perbedaan. Sejatinya di masa kolonialisme, perbedana laki-laki dan perempuan masih terlampau sangat jauh. 

Memang hal itu digariskan sebagai sebuah kodrat, budaya lokal yang berkembang saat itu dimana perempuan diasumsikan sebagai makhluk yang lebih lemah dari pada kaum laki-laki.

Perempuan secara sosial, di masyarakat menjadi individu yang harus dilindungi dan dihormati, namun belakangan semakin menjadi konotasi negatif. Perempuan mulai kehilangan hak-hak kesetaraannya, dengan dalih melindungi dan menghormatinya. 

Hak-hak seperti kesetaraan dalam pendidikan, pekerjaan, serta hak-hak lainnya. Kodrat perempuan sebagai ibu rumah tangga yang harus merawat anak dan mengurus keluarga lagi-lagi menjadi alasan untuk mengekang perempuan.

Inilah yang dialami oleh Kartini muda ketika itu, perjuangan beliau untuk sebuah kesetaraan sangatlah sulit untuk dilakukan. Hal tersebut tergambar dari surat-surat beliau yang kemudian dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. 

Memang akhirnya perjuangan beliau membuka mata dunia, mata kita semua, dimana sudah seharusnya perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan, memiliki posisi yang sama di dalam keluarga, masyarakat, dan negara.

Dari perjuangan itulah perempuan-perempuan di seluruh pelosok khusunya di Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai bidang dan lapisan masyarakat. 

Memang belum sepenuhnya perempuan  telah mendapatkan hak-haknya di masyarakat, masih saja skarang ini ada beberapa kasus yang merendahkan perempuan di dalam keluarga dengan tindakan KDRT dan juga pelecehan di masyarakat. 

Namun secara umum hak-hak ini sejatinya sudah sejajar di negeri kita. Banyak perempuan Indonesia saat ini tumbuh menjadi perempuan cerdas yang berkiprah di dunia Internasional, bahkan menjadi inspiratory dunia.

Menjadi sosok perempuan yang cerdas, berpendidikan tinggi, bebas, kreatif, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Itulah yang kita harapkan dan temukan sekarang ini pada setiap perempuan Indonesia. Namun di satu sisi, kodrat perempuan sebagai Ibu dari anak-anaknya, istri dari para suami tidak dapat kita kesampingkan begitu saja. 

Peran perempuan sebagai ibu tidaklah dapat tergantikan begitu saja. keluarga masih membutuhkan tangan-tangan dan cinta kasih seorang Ibu.

Hal ini tidak akan dapat tergantikan oleh laki-laki sekalipun, walaupun diberbagai kondisi, laki-laki bahkan harus menjadi seorang bapak rumah tangga. Ini menunjukkan semakin banyak perempuan yang telah mendapatkan haknya untuk bekerja dan berkarir di berbagai bidang. 

Tentu ini akan menjadi sulit juga, menjadi sebuah dilemma tersendiri di masyarakat ketika anak tidak mendapatkan sentuhan seorang Ibu. Waktu bersama Ibu mereka seakan hilang begitu saja hanya karena sebuah karir.

Di sinilah kebimbangan seorang perempuan diuji, antara karir dan keluarga. Banyak juga akhirnya perempuan mengalah, menyudahi karir dan impian besar mereka menjadi perempuan karir dan mempertahankan idialisme serta mengaplikasikan ilmu mereka.  

Dilema memang, sungguh sangat disayangkan hal ini terjadi, mengingat potensi perempuan-perempuan kita sangatlah luar biasa. Tidak kalah dengan kaum laki-laki, bahkan dalam suatu kesempatan perempuan malah lebih dapat berbicara lebih banyak dan lebih berprestasi.

Maka dari itu sebagai seorang perempuan nyatanya memang harus lebih banyak mengambil beban pekerjaan. Selain tetap menjalankan perannya sebagai Ibu, mereka juga harus berjuang demi karis dan idialismenya sebagai makluk terdidik dan memiliki sebuah mimpi. 

Tidak ada hal lain selain harus menjadi lebih kuat dan selalu semakin kuat. Menjadi perempuan kuat adalah jawaban dari semua kebimbangan ini. Lebih kuat dari segi jiwa dan fisik. Mental yang kuat diimbangi dengan fisik yang sehat. Kecerdasan dan kreatifitas perempuan masa kini juga menjadi sebuah solusi. 

Perempuan haruslah mampu mengelola waktunya, memikirkan cara yang terbaik bagaimana membagi waktu serta cara memberikan kasih sayangnya kepada keluarga. Tentu keluarga masih menjadi prioritas, namun karir atau pekerjaan juga menjadi mimpi yang harus tetap dikejar.

Inilah sejatinya perjuangan perempuan masa kini, antara karir dan pekerjaan. Bagaimana caranya agar kedua hal pokoknya ini dapat berjalan beriringan. Nyatanya perjuangan perempuan tidaklah berakhir pada saat Ibu Kartini, pahlawan nasional kita berjuang ketika itu, melainkan tetap berlnjut hingga kini, seiring dengan tantangan zaman yang selalu berkembang. 

Disamping itu perlu pemahaman dan dukungan dari kaum laki-laki, agar para perempuan selalu tetap dihormati dan dilindungi. Bukan dalam artian dilindungi terus dikekang segala haknya, melainkan dihormati dan dilindungi dengan memberikan hak-hak kesetaraannya.

Dengan begitu niscaya kecantikan natural seorang wanita akan selalu terpancar menjadikan dunia ini semakin terang dan indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun