Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bagaimana Cara Tim Nasional Indonesia Bisa Tampil di Piala Dunia?

9 Juni 2021   06:14 Diperbarui: 9 Juni 2021   06:33 5529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klasemen terbaru Kualifikasi Piala Dunia (dokumen ig@football.noise)

Bagaimana Cara Tim Nasional Indonesia Bisa Tampil di Piala Dunia?

Perkenalkan, nama saya Yoga Prasetya. Saya adalah seorang guru yang hobi bermain gim Football Manager sejak tahun 2011 hingga sekarang menjadi manajer Real Madrid di Be The Manager 2021. Prestasi terbaik saya selama menjadi manajer sepak bola virtual ialah mengantarkan Tim Nasional Indonesia ke ajang Piala Dunia 2022.

Meski gim Football Manager adalah fiksi, ada beberapa hal menarik yang bisa saya tuliskan untuk sumbang saran memajukan sepak bola Indonesia. Sebuah pertanyaan besar yang akan saya jawab ialah "Bagaimana cara tim nasional Indonesia bisa tampil di piala dunia?"

Berikut jawaban saya berdasarkan pengalaman sebagai manajer Tim Nasional Indonesia di gim Football Manager.

1. Jangan gonta-ganti pelatih

Di gim Football Manager, saya langsung memulai karier sebagai pelatih Tim Nasional Indonesia menggantikan Wim Rijsbergen (pelatih asal Belanda yang pernah menjadi bagian dari tim Belanda Runner up Piala Dunia 1974). Pada tahun pertama, saya banyak mengalami kekalahan match Friendly dan gagal lolos kualifikasi Piala Dunia.

Namun, saya beruntung tidak dipecat oleh asosiasi sepak bola Indonesia (PSSI). Waktu konferensi pers (dalam football manager ada konferensi pers seperti di dunia nyata), saya menyampaikan terima kasih kepada asosiasi untuk kerja sama dalam waktu jangka panjang.

Baru setelah empat tahun melatih Tim Nasional, saya bisa membawa Indonesia masuk ke Piala Asia. Kemudian, di tahun ke-11, saya baru bisa membawa Tim Nasional Indonesia tampil di Piala Dunia.

Nah, bisakah PSSI memberikan waktu kepada Shin Tae-young untuk melatih Tim Nasional selama minimal sebelas tahun?

Dua pelatih top dunia yang peduli dengan  sepak bola Indonesia (dokumen IG @football.noise)
Dua pelatih top dunia yang peduli dengan  sepak bola Indonesia (dokumen IG @football.noise)

2. Skuad Tim Nasional diisi pemain yang berkarier di luar negeri

Saya percaya bahwa seandainya tim nasional dilatih oleh Pep Guardiola atau Thomas Tuchel, hasilnya tidak akan langsung bagus. Karena kualitas pemain kita  saat ini masih di bawah standar.

Ini pengalaman saya menjadi manajer Tim Nasional Indonesia di gim Football Manager:

Sekitar tahun 2019, skuad Tim Nasional Indonesia yang saya pegang didominasi pemain regenerasi. Pemain regenerasi adalah pemain ciptaan sistem FM yang tidak ada di dunia nyata. Pemain regenerasi muncul akibat banyaknya pemain asli yang pensiun. Misalnya Cristian Gonzales, Bambang Pamungkas, Hamka Hamzah, dan lain-lain.

Nah, uniknya, pemain regenerasi banyak dilirik klub luar negeri. Mungkin karena kualitasnya lebih baik dari pemain asli dan harganya murah. Hingga akhirnya saya punya kesebelasan yang semuanya bermain di luar negeri.

Apakah di dunia nyata, tim nasional Indonesia bisa seperti itu? Tentu saja bisa. Tengok saja Egy Maulana, Witan Sulaiman, Asnawi, dan masih banyak lagi pemain yang berkarier di luar negeri. Saya berharap suatu saat, syarat untuk masuk tim nasional adalah pemain harus bermain di klub top luar negeri.

3. Liga Indonesia fokus pada pembinaan usia dini

Masih nyambung dengan poin 2, kalau syarat pemain Tim Nasional adalah yang berlaga di Eropa, lantas bagaimana dengan liga Indonesia? Ini pengalaman saya saat bermain di gim Football Manager.

Rata-rata klub Indonesia, semacam Persija, Persib, sampai Arema, didominasi pemain muda. Usia 19-22 tahun tampil sebagai starting eleven di klub masing-masing. Lalu, dilengkapi pemain asing berlabel Marquee player dan pemain senior Indonesia yang berusia 30 tahun keatas.

Lantas bagaimana kondisi pemain Indonesia yang berusia 23-29 tahun? Nah, mereka rata-rata bermain di liga Korea Selatan, liga Arab, hingga Australia. Bahkan, ada yang melanjutkan karier di Eropa semacam Borrusia Dortmund (Jerman), Sevilla (Spanyol), hingga AZ Alkmaar (Belanda).

Pertanyaan terakhir saya, untuk pemilik klub di Indonesia, maukah klub panjenengan fokus pada pembinaan usia muda, "mengekspor" pemain terbaiknya ke liga top Asia hingga Eropa, dan tidak merekrut pemain mahal berstatus pemain Indonesia?

Salam hangat dan sehat selalu

Penulis: Yoga Prasetya, M.Pd. (guru yang punya mimpi bisa menyaksikan tim nasional Indonesia tampil di Piala Dunia 2026)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun