Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 13)

29 April 2021   07:31 Diperbarui: 29 Oktober 2021   12:42 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Gus Pras (Canva)

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 13)

Kita membicarakan kepedihan dan kemiskinan dalam pahit kehidupan. Khayalan terselip di dada yang berpaling dari doa. Kemuliaan sudah sirna disesatkan fatamorgana.

Nada apa yang kau dengar ketika tidur? Merdukah suara biduan yang berbalut emas dan bertabur berlian di sandangnya? Adakah kau sedang bermimpi memiliki kerajaan di bumi?

Ah, kita, aku, ingin sendiri saja. Sembahyang berulang-ulang hingga bayang berhenti bergerak. Ketika jiwa melangkah, dunia tiada menjadi penunjuk jalan.

Aku ingin bersujud dengan melepaskan mahkota, menguburnya dalam tanah tersembunyi. Jiwa ingin bebas dari belenggu ruang dan waktu.

Berjalan seperti air, mengalir menuju samudera. "Jika aku tiada melihat Kau, sesungguhnya Kau pasti melihatku." Tiada lagi perbedaan antaragama.

Sungguh, itu hanya jalan bukan tujuan. Jika kau telah fanatik, maka kau sudah ditipu manusia bermata satu. Dia mengubah firman Tuhan, menghalalkan darah, dan menciptakan ilusi tatanan dunia baru.

Gus Pras/Yoga Prasetya
Malang, 29 April 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun