Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 8)

17 April 2021   08:12 Diperbarui: 29 Oktober 2021   12:33 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Gus Pras (Canva)

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 8)

Seorang anak suka mendengar lagu puji-pujian
Sejak kecil sang ayah mengajarkan tentang keduniawian
Adakalanya sang ibu turut menyenandungkan bunga kefanaan.

Sepertinya semua telah merasuk ke raga dan tersimpan rapi di memori
Yang penting bekerja bekerja bekerja, untuk bekal masa kini
Seakan kehidupan setelah mati adalah dusta dan raga akan abadi.

Ketika jiwa melangkah, ada rasa sesal yang menjadi-jadi
Raga yang dibanggakan telah dikoyak-koyak oleh ganasnya api
Ucapan dukacita dari kolega, tinggal kenangan yang tak menyelamatkan diri.

(Puisi Gus Pras/Yoga Prasetya ditulis di Pesantren Al-Madani Malang pada bulan Ramadan 1442 H/2021 M)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun