Ia memejamkan matanya sembari membaca ayat-ayat suci lalu semua kembali normal. Pras tidak lagi bisa melihat Ayu dan sejenisnya.Â
"Huh, syukurlah," ucapnya sembari kembali duduk di kursi UKS. Ia masih mengingat ragam makhluk tadi di halaman.Â
Ayu. Tentu ia suka. Meski melayang, wajahnya rupawan dengan badan yang bersih. Namun, tadi Pras juga melihat makhluk tak berkepala, ada juga yang berdarah-darah, hingga makhluk setengah manusia setengah hewan. Dan ia harus menjadi komunikator untuk kedua makhluk ini, jin serta manusia?Â
"Selamat pagi Pak Pras. Pagi-pagi kok sudah melamun?"Â
Suara dr. Dewi mengagetkan dirinya. Hingga pertanyaan itu taklangsung dijawabnya.
"Pak Pras sudah baikan? Kemarin kan pean izin tidak mendampingi anak-anak berkemah," sambung dr. Dewi.Â
"Oh, iya dok, dokter Dewi. Sudah mendingan ini. Apakah saya boleh minta vitamin dok?" tanya Pras.Â
"Dengan senang hati," ucap dokter Dewi sambil membuka jendela UKS.Â
Tiba-tiba, Pras melihat sosok perempuan berbaju merah berlumuran darah muncul menembus jendela dan tubuh dr. Dewi. Dia mendekati Pras sambil mengeluarkan tawa khasnya. Dengan sekejap Pras berdiri dari duduknya dan secara refleks tangannya direntangkan ke depan.Â
"Setop!!!" Ucap Pras.
"Hihihi, selamat datang di dunia kami anak muda," ucap sosok perempuan berbaju merah dengan lidah panjangnya menjulur.