Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Getsemani ; Jalan Sunyi Menuju Golgota #3

14 Maret 2025   09:32 Diperbarui: 14 Maret 2025   10:37 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu Bisa Berjaga-jaga ? 

Yesus berdiri di tengah taman, napas-Nya masih tersengal setelah pergumulan yang begitu berat. Darah yang bercampur dengan keringat masih menempel di dahi-Nya, tetapi kini mata-Nya menatap lurus ke arah murid-murid-Nya.

Petrus.
Yakobus.
Yohanes.

Tiga murid terdekat-Nya.

Mereka yang Dia ajak lebih dalam ke taman.
Mereka yang telah menyaksikan kemuliaan-Nya di atas gunung saat Dia dipermuliakan.
Mereka yang seharusnya memahami betapa gentingnya malam ini.

Dan mereka... tertidur.

Yesus memandangi mereka dengan kesedihan yang mendalam.

Tidakkah mereka bisa merasakan apa yang sedang terjadi?
Tidakkah mereka bisa merasakan penderitaan-Nya?

Dengan suara lelah tetapi tetap penuh kasih, Yesus membangunkan mereka. 

"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam saja dengan Aku?"


Petrus terkejut, matanya masih setengah terbuka. Yakobus mengusap wajahnya. Yohanes, yang biasanya paling peka terhadap Yesus, kali ini pun gagal memahami situasi.

Yesus menatap mereka, bukan dengan kemarahan, tetapi dengan rasa sakit.

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."

"Roh memang penurut, tetapi daging lemah."


Ada ketegangan di suara-Nya. Ia tahu apa yang akan datang.

Ia tahu bahwa dalam hitungan menit, Petrus yang begitu berapi-api akan menyangkali Dia 
Ia tahu bahwa murid-murid yang sekarang tidur ini akan lari menyelamatkan diri mereka sendiri.
Ia tahu bahwa dalam kesakitan-Nya nanti, tak ada seorang pun yang akan tinggal bersama-Nya.

Dan sekarang, bahkan untuk berjaga dan berdoa pun mereka gagal.

Tetapi Yesus tidak menegur dengan keras.

Ia mengerti kelemahan manusia.

Ia tahu bahwa dosa telah menjadikan hati manusia begitu lemah, begitu mudah menyerah pada kantuk, pada kelelahan, pada ketakutan.

Karena itulah Ia harus menjalani semua ini---untuk mereka, dan untuk semua e43 yang lemah seperti mereka.

****

Yesus kembali ke tempat-Nya semula. Sekali lagi Ia berdoa.

Dan sekali lagi, murid-murid tertidur.

Kesendirian itu semakin nyata.

Ketika Ia bangkit dari doa-Nya untuk kedua kali dan kembali kepada mereka, mereka tetap tertidur, tenggelam dalam kelemahan mereka sendiri.

Yesus tidak membangunkan mereka kali ini.

Ia hanya menatap mereka.

Mereka akan terbangun sebentar lagi, tetapi bukan karena doa.
Mereka akan terbangun karena suara langkah kaki prajurit dan kilatan obor yang mendekat.

Malam ini, tidak ada yang bisa benar-benar berjaga bersama-Nya.

Malam ini, Ia benar-benar sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun