Mohon tunggu...
Yudhi Farendra
Yudhi Farendra Mohon Tunggu... wiraswasta -

mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Maafin daddy ya nak...

2 Desember 2011   09:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:55 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maafin daddy ya nak...

Rasa kantuk memang bisa mengalahkan segalanya, dan bahkan bisa memakan korban jiwa. Banyak kejadian saat mengendarai mobil dengan rasa kantuk yang mendera, resiko kecelekaan lalu lintas sudah menanti. Ketika kita tidak bisa mengalahkan rasa kantuk, konsentrasi akan buyar dan fisikpun melemah. Kadang saat mencoba melawan rasa kantuk dengan mencuci mukapun, rasa kantuk tidak bisa langsung pergi. Obat yang mujarab ketika hadir rasa kantuk ya memang harus dengan tidur.

Tadi malam, saya didera rasa kantuk yang dalam. Sepanjang perjalanan pulang, cita2nya sampai rumah ingin langsung merebahkan badan dikasur dan langsung tidur. Alhamdulillahnya, saya masih bisa pulang dengan selamat sampai rumah walaupun dalam perjalanan pulang sempat tidak bisa stabil dalam mengendarai motor karena rasa kantuk itu.

Sampai dirumah, ganti baju, ngobrol sama nyonya sambil merem melek karena sudah ngantuk berat dan tiba2 nyonya marah karena saya tertidur padahal dia masih bercerita.  Aktifitas sama anak  yang biasa saya lakukan setiap malampun, malam tadi praktis tidak bisa saya lakukan. Anak yang terbiasa di bacakan cerita sebelum tertidurpun tadi malam sempat "ngambek" karena ketika ia ingin dibacakan buku cerita sama dadynya, saya tidak bisa memenuhinya. Dengan berlinangan air mata, anak saya mengadu kepada mamahnya, "mamah haji, daddy nakal", kata anak saya. "kenapa nak?" tanya mamahnya, sambil berbisik anak saya bilang  " daddy ga mau bacain buku cerita" . Walau kondisi sudah hampir tertidur, saya sempat mendengar keluhan anak saya kepada mamahnya, tapi rasa kantuk yang berat mengalahkan keinginan untuk membacakan buku cerita untuknya.

Tidak berapa lama kemudian istri saya membangunkan saya untuk mengingatkan sholat isya. Dengan berat saya melawan rasa kantuk untuk sholat isya. Saya lalu melihat anak saya belum tertidur. Matanya masih menerawang ke langit langit kamar.  Timbul rasa menyesal kenapa tadi tidak bisa melawan rasa kantuk untuk sebentar saja membacakan buku cerita untuknya. Karena itu ketika selesai sholat isya, saya peluk dia dan bilang "maafin daddy ya nak.." lalu saya kecup keningnya sebagai permintaan maaf saya.

Dalam hati saya berjanji, seberat apapun rasa kantuk, saya akan coba melawan untuk sekedar menyenangkan hati anak...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun