Mohon tunggu...
Yessi AloinaBr
Yessi AloinaBr Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Manajemen Rekayasa Fakultas Teknologi Industri

Mahasiswa yang selalu berusaha menjadi problem solver

Selanjutnya

Tutup

Money

Kayaknya Sistem Logistik Beras dalam Industri 4.0 Menarik

17 Juni 2020   18:30 Diperbarui: 17 Juni 2020   18:28 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Wabah COVID-19 menyadarkan kita untuk dapat secepat mungkin beradaptasi dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dimana peraturan tersebut akan berdampak ke aspek-aspek kehidupan masyarakat seperti aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial dan lingkungan dll. 

Aspek yang paling dipengaruhi adalah ekonomi dimana peraturan-peraturan yang mengutamakan kesehatan yang berhubungan dengan khalayak ramai akan membuat masyarakat dengan mata pencarian sebagai pedagang akan kesulitan beradaptasi terlebih lagi yang berpenghasilan tiap hari yang harus menjual barang dagang dahulu baru mendapatkan uang dengan adanya peraturan-peraturan tersebut akan membuat pendapatan masyarakat tersebut berkurang sekali.

Jjika dari segi pendidikan siswa maupun mahasiswa dituntut harus cepat beradaptasi dan berpikir secara kreatif dalam menghadapi masa-masa sulit ini juga dengan perubahan sistem mengajar dengan sistem daring maka akan membuat siswa dan mahasiswa harus lebih explore materi maupun kemampuan diri sendiri atau autodidak dalam belajar akan tetapi jika dipandang dari segi dampak yang positif secara nyata dapat dilihat dari tingkat polusi udara yang ada di DKI Jakarta yang menurun secara signifikan selama 3 tahun terakhir juga dari segi teknologi seluruh masyarakat akan semakin sering menggunakan alat teknologi digital disetiap aktivitasnya dengan begitu industri 4.0 akan sudah sangat melekat atau secara tidak sadar masyarakat sudah menghidupi industri 4.0.

Lalu apa hubungan masa-masa wabah COVID-19 terhadap topik yang akan dibahas, topik berkaitan dengan sistem logistik padi dan industri 4.0. Padi yang akan diolah menjadi beras merupakan kebutuhan pokok atau primer untuk masyarakat Indonesia dengan begitu dalam masa-masa pandemik corona kebutuhan primer harus dapat memenuhi permintaan masyarakat agar tidak terjadi kelangkaan persediaan beras di Indonesia oleh karena itu diperlukan monitoring pada pendistribusian beras hingga sampai ke tangan konsumen. 

Dengan adanya monitoring maka akan mencegah penimbunan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dalam mendapatkan dapat mengendalikan harga disuatu daerah selain monitoring hal yang sebaiknya diketahui ialah potensi yang ada disuatu wilayah. Potensi yang dimaksud ialah yang berhubungan dengan kemampuan suatu daerah dalam memproduksi beras. 

Setelah mengetahui daerah-daerah yang mampu memproduksi beras yang mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya bahkan dapat melakukan ekspor ke wilayah lainnya dan juga mengetahui wilayah-wilayah yang kekurangan atau tidak mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya dengan begitu untuk mengatasi ketidakmerataan hasil produksi beras maka manajemen persebaran beras perlu dilakukan.

Seperti yang terjadi pada Bulan April 2020 dimana ada beberapa provinsi yang mengalami defisit beras selama masa pandemik corona ini yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua dan terdapat 18 provinsi yang mengalami surflus seperti yang dinyatakan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi dalam rapat melalui rapat virtual bersama Komisi IV pada tanggal 29 April 2020. Dimana adanya provinsi yang mengalami defisit diakibatkan distribusi yang tidak merata padalah sudah menyediakan stock beras sebanyak 3,5 juta ton untuk menutupi daerah merah atau yang mengalami kekurangan beras.

Dalam industri 4.0 maka dituntut untuk mampu menggunakan teknologi agar mempermudah maupun mengatasi masalah sehari-hari agar lebih efisien dan efektif. Dengan permasalahan distribusi beras yang tidak merata maka dapat menggunakan teknologi yang berhubungan dengan geospasial atau berhubungan dengan bumi.

Mungkin sebagian dari pembaca akan bingung mengapa harus geospasial kalau dari kacamata penulis geospasial atau sistem dengan geospasial sangat mempermudah kita dalam memantau pergerakan sesuatu contoh yang paling sederhana GPS, saat kita ingin melacak seseorang maka kita gunakan GPS yang akan mempermudah kita untuk mengenali keadaan disekelilingnya dengan begitu kita akan mampu menemukan lokasi orang terebut. Sama halnya dengan kasus distribusi tidak merata maupun ingin melihat persebaran produksi beras sehingga. Geospasial akan memudahkan kita untuk melihat pola masalah yang ditemukan di lapangan sehingga mampu mengantisipasinya.

Jika untuk melihat persebaran produksi beras dengan menvisualisasikannya ke dalam peta maka akan dengan mudah untuk melihat daerah mana yang harus dialokasikan dari wilayah yang berlebih daripada membaca dalam bentuk tabel dan angka-angka saja akan membuat masyarakat umum mudah memahaminya. 

Setelah adanya peta persebaran tersebut maka dapat melakukan optimasi dengan memberikan opsi pola alokasi yang dapat dilakukan pemerintah yang mempertimbangkan dari segi waktu, jarak dan biaya distribusi yang harus dikeluarkan sehingga di hasilkanlah pola distribusi yang paling optimal dalam hal pengalokasian beras ke daerah yang mengalami defisit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun