Lantas, bagaimana dengan anak yatim, piatu dan dhuafa? Mereka adalah orang lain yang membutuhkan uluran tangan dan rangkulan kita, mereka layak dibahagiakan. Tentu butuh upaya dan tenaga ekstra untuk membahagiakaan orang lain, apalagi yang tidak kita kenal. Membahagiakan diri sendiri saja masih butuh perjuangan. Tapi, jangan menyerah. Mari terus belajar berbagi, memberi dan menyantuni semenjak dini. Itulah kebahagiaan hakiki. Dan satu hal yang perlu kita pahami, bahwa bisa jadi keberuntungan yang kita peroleh saat ini merupakan buah kebaikan kita di masa lalu, who knows? Oleh karenanya, teruslah berbuat baik.
Cat: tulisan diikutsertakan dalam JNE Writing Competition: JNE 3 Dekade Bahagia Bersama