Mohon tunggu...
yesi  dermha
yesi dermha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga.

Suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kamu Sedang Membacaku

27 September 2020   16:45 Diperbarui: 27 September 2020   16:50 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku baru saja mengikat rambut pendekku dengan karet yang dibelikan oleh kekasihku, sekarang pukul 22.02 kalau kalian ingin tahu. Kopiku sedikit lagi habis, tapi puisiku baru masih mengalir deras menunggu untuk dituliskan lagi. Aku sedang mendengarkan lagu-lagu indie, bukan, aku bukan orang seperti yang kalian pikirkan, jangan nilai aku dari apa yang aku dengarkan.

Ketika menulis ini, dunia masih tidak baik-baik saja entah sampai kapan, ku harap secepatnya membaik seperti dulu. Sebab hidup seperti ini begitu melelahkan. Di rumahku tidak ada wifi, aku tidak boleh tidak tidur padahal aku belum mengantuk, aku jarang tertawa, tapi tidak pernah mati rasa, hanya kehilangan cara untuk mengekspresikannya saja. Apa kamu juga begitu?

Beberapa hari kebelakang aku kehilangan nafsu makan, tidak bisa banyak berbicara, sariawan, aku hanya sariawan. Sekaligus merindukannya. Ku beri tahu saja sariawan dan rindu bahkan sama sakitnya, tapi obatnya jauh berbeda. Kata banyak orang "obatnya rindu itu hanya temu", tidak salah, tapi jangan lupa tidak hanya sekedar temu, tapi juga perasaan yang sama. Sama-sama merindu, sama-sama menunggu temu. Itu baru bisa disebut obat, iya kan?

Beberapa hari kebelakang aku banyak berubah, menjadi lebih baik kok, percaya diri dulu saja. Sekarang aku bisa tidak mengganggu orang tidur dan bekerja, meskipun tak jarang setan egoisku datang, tidak bisa dihadang, dan aku juga membiarkannya saja. "angkasa" ku sekarang sedang ku benahi, aku ingin jadi rumah yang ramah baginya, aku ingin menjadi rumah yang indah, aku ingin menjadi rumah tempatnya mendengarkan lagu-lagu kesukaannya sembari menghirup aroma kopi yang sedang aku buat.

Aku ingin bertanya pada siapa saja yang membaca, apakah mencintai seseorang sampai kehilangan kesadaran itu menakutkan? Apa menjadi seseorang yang begitu ingin menjadi rumah bagi seseorang itu naif untuk sekedar dikatakan? Aku begitu mencintainya, sampai kehilangan kesadaranku. Aku ingin menjadi rumah untuknya, aku terus mengatakan ini setiap hari.

Semoga terus baik

Semoga baik

Baik.

Semoga terus bahagia

Semoga bahagia

Bahagia.

Semoga selamanya

Semoga

Selamanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun