Mohon tunggu...
Denny Yerianto
Denny Yerianto Mohon Tunggu... Human Resources - Penikmat kopi dan teknologi

Humanis yang senang berbagi soal kopi dan teknologi serta kehidupan sehari-hari

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Minum Kopi Kok Pakai Gula? Ternyata Ada Sejarahnya...

19 November 2020   12:23 Diperbarui: 19 November 2020   12:27 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Ngopi di Cylimakuta Coffee (Dokpri)

Ketika saya masih kecil , ya sekitar tahun 80-an,  saya selalu melihat orang tua saya minum kopi.  Biasanya minum kopi di pagi hari atau sore hari. terkadang saat habis makan siang ditemani sebatang rokok. Saya ingat betul takaran yang biasa dipakai orang tua saya.

"Nak, kopinya jangan pahit yah"

"Baik , pak"

"Satu sendok kopi Bis Kota,  ditambah dengan 3 sendok kecil gula pasir yah"

"Nggih, pak"

"Jangan lupa, airnya yang mendidih ..."

Jadi dari kecil saya sudah biasa diajarkan bila membuat kopi harus menggunakan air panas mendidih dan menggunakan gula. Kalo lupa memberi gula, biasa dikasih komentar, "Lha kamu kira Bapak mu ini dukun !"

Sebagai negara penghasil kopi, budaya ngopi ala  budaya jepang minum teh, sepertinya tidak ada di Indonesia. Yang ada, ya kebiasan minum kopi "tubruk" pahit atau kebiasaan minum kopi pakai gula.

Padahal mungkin (kini) Anda tahu, bahwa membuat kopi dengan air panas mendidih alias 100 derajat celcius akan merusak cita rasa dan aroma kopi. Dan mungkin Anda juga tahu, jika seduhan kopi diberi gula,  maka akan menghilangkan citra rasa khas dari kopi tersebut. (next time kita bahas yah) 

Dari berbagai obrolan di internet sesama penikmat kopi, saya menemukan beberapa jawaban yang rada logis, mengapa ada kebiasaan  minum kopi pakai gula di Indonesia.

Jadi gini, konon katanya ketika jaman penjajahan dulu, yaitu jaman taman paksa, kopi adalah salah satu komoditi utama yang dikumpulkan oleh Belanda. Petani dipaksa menanam kopi dan hasinya seluruhnya dibawa dan dijual ke eropa oleh Belanda.

Jadi tak ada biji kopi yang tersisa . Kalau pun ada, ya kopi yang sudah tidak bagus. Lalu mereka menyangrai seadanya. Tentu saja rasanya "tidak jelas", Kemudian untuk membuat menjadi nikmat diminum mereka akan menambahkan gula pada seduhan kopi. Kebiasaan minum kopi dengan gula ini lah yang menjadi kebiasaan turun temurun

Di beberapa wilayah Indonesia, malah kopi kadang dicampur dengan jagung. Hal ini masih kita temui di beberapa wilayah indonesia hingga kini,  biasanya kopi Lampung!

Kemudian masih ketika jaman Belanda, dimana  biji kopi semuanya untuk di bawa ke Eropa, petani kopi hanya bisa mencicipi biji kopi dengan mendapatkan kopi justru dari hutan sekitarnya. Kopi-kopi yang telah matang sering dicuri dan dimakan oleh luwak. Lalu kotoran luwak bertebaran di hutan sekitarnya. Nah , para petani tersebut menemukan biji kopi dari kotoran luwak tersebut. Mereka mencoba mengolah dan ternyata rasanya lebih nikmat. Tapi walaupun lebih nikmat, tetap saja pakai gula, sudah kebiasaan sih.

Catatan Penulis: Tanam paksa kopi (cultuurstelsel) adalah kebijakan pemerintah kolonial Belanda terutama sejak jaman Gubernur Jenderal Van Den Bosch sejak tahun 1830 di beberapa wilayan Indonesia. Semua hasil panen kopi di jual ke gudang-gudang kopi yang telah disediakan di kota-kota penghasil kopi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun