Mohon tunggu...
Pena Wimagati
Pena Wimagati Mohon Tunggu... Mahasiswa dan Jurnalis

Tulis, Baca, Nyanyi dan Berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Jhon Hendrik Nawipa: Raja Ampat Bukan untuk Dieksploitasi

7 Juni 2025   18:32 Diperbarui: 7 Juni 2025   18:32 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika negara gagal menjalankan tanggung jawabnya untuk melindungi rakyat dan alamnya, maka mahasiswa wajib bersuara. Suara mahasiswa adalah suara nurani rakyat, dan kami akan terus menyuarakan penolakan terhadap segala bentuk perusakan ekologi Papua," tegasnya.

Kawasan Strategis Dunia Tak Boleh Dikorbankan

Raja Ampat, yang dikenal luas sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia, kini tengah diajukan sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Bagi Nawipa, mendorong eksploitasi tambang di wilayah yang sedang diperjuangkan untuk status konservasi dunia merupakan bentuk kegagalan negara dalam menjaga kekayaan ekologisnya sendiri.

"Pemerintah semestinya mendorong pengakuan dan perlindungan kawasan ini, bukan malah membuka celah bagi kerusakan permanen. Raja Ampat bukan hanya aset wisata, tetapi juga laboratorium alam dunia yang tak tergantikan," ujar Nawipa.

Ia juga mengkritik keras peran Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, yang dinilai tidak menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat Papua meski berasal dari wilayah tersebut. "Kami mendesak Menteri Bahlil untuk tidak menjadi juru bicara modal, tetapi pelindung tanah leluhurnya sendiri," tambahnya.

Seruan Solidaritas Nasional dan Internasional

Lebih jauh, Nawipa menyerukan solidaritas luas dari masyarakat sipil, komunitas adat, organisasi lingkungan, dan institusi akademik di seluruh Indonesia dan dunia untuk menolak proyek tambang yang mengancam kawasan konservasi tersebut. Ia menegaskan bahwa perjuangan ini tidak boleh dibatasi oleh batas-batas administratif atau sektoral.

"Ini bukan hanya isu lokal atau regional, ini soal masa depan ekologi global. Ketika Raja Ampat hancur, kita semua kehilangan. Solidaritas nasional dan internasional harus dibangun untuk menghentikan keserakahan atas nama investasi," serunya.

Ia menutup pernyataan dengan menegaskan kembali posisi mahasiswa Papua dalam barisan terdepan perjuangan lingkungan dan hak-hak masyarakat adat.

 "Raja Ampat bukan untuk dijual, bukan untuk dihancurkan. Kami akan terus bersuara hingga negeri ini sadar bahwa tanah dan laut Papua bukan untuk dieksploitasi, tapi untuk dijaga dan diwariskan."tutupnya*

*)Pena Wimagatii

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun