JAYAPURA, PW-- Penolakan terhadap eksploitasi tambang nikel di kawasan Raja Ampat, Papua Barat Daya, kembali disuarakan. Pelaksana Tugas Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih (Plt. Sekretaris BEM FKM Uncen), Jhon Hendrik Nawipa, menyatakan sikap tegas yang di jumpai media Sabtu, (7/6/2025) di Jayapura ia menentang kebijakan pemerintah pusat yang dinilai tidak berpihak pada kelestarian lingkungan dan hak-hak masyarakat adat.
"Raja Ampat adalah permata dunia. Keindahan dan kekayaan lautnya tidak bisa dikompromikan demi keuntungan sesaat," tegas Nawipa dalam pernyataan resminya, merespons kebijakan Kementerian Investasi dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mendorong eksplorasi dan eksploitasi tambang nikel di wilayah tersebut.
Menurut Nawipa, kebijakan yang tengah didorong pemerintah pusat merupakan bentuk pengabaian serius terhadap prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang selama ini dijunjung dalam forum nasional maupun internasional. Ia juga menilai bahwa langkah tersebut mencederai komitmen Indonesia dalam menjaga kawasan konservasi yang diakui dunia.
 "Rencana tambang nikel ini adalah ancaman langsung terhadap ekosistem laut, keberlanjutan budaya lokal, dan ruang hidup masyarakat adat Papua. Ini bukan hanya soal tambang, ini soal nasib generasi mendatang," ungkap Nawipa.
Kritik terhadap Dalih Ekonomi Pemerintah
Nawipa secara terbuka mempertanyakan dasar argumen ekonomi yang kerap digunakan untuk membenarkan rencana industrialisasi ekstraktif di kawasan timur Indonesia. Menurutnya, narasi ekonomi yang dibangun negara hanya memperkuat ketimpangan dan menormalisasi perampasan ruang hidup.
"Jika kita hitung kerugian ekologis, kerusakan sosial, dan dampak jangka panjang terhadap masyarakat, maka keuntungan ekonomi yang dijanjikan dari tambang nikel hanyalah ilusi. Yang diuntungkan hanya segelintir elite politik dan korporasi besar, bukan rakyat Papua," ujarnya.
Ia menilai bahwa pendekatan ekonomi seperti ini justru melanggengkan kolonialisme gaya baru yang mengeksploitasi Papua sebagai wilayah sumber daya tanpa perlindungan yang memadai bagi penduduk asli dan lingkungan hidup mereka.
Seruan Mahasiswa untuk Mengawal Kepentingan Rakyat
Sebagai representasi suara mahasiswa Papua, Nawipa menegaskan bahwa kampus dan generasi muda tidak boleh berdiam diri ketika negara mulai melenceng dari amanat konstitusi. Ia menyebut bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab moral dan politik untuk mengawal setiap kebijakan publik agar tetap berpihak pada rakyat, bukan pada pasar bebas dan kekuatan modal.