Mohon tunggu...
Yenny Eka Herlin Budhiarti.M
Yenny Eka Herlin Budhiarti.M Mohon Tunggu... -

A great teacher is the one who is able to inspire young people\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ekstrakurikuler Gubuk Permainan Tradisional Cara Ampuh Meningkatkan Karakter Siswa

24 Mei 2013   22:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:04 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Yenny Eka Herlin B.M guraru.org/yennyeka Sejenak kembali mengingat masa kecil dulu, ketika saya masih usia bermain. Saat ada waktu luang, saya dan teman-teman bergegas menuju tanah lapang untuk memainkan berbagai macam permainan tradisional. Satu hal yang selalu saya ingat, setiap akan bermain permainan tradisional kami selalu mengawali dengan kalimat HOM PIMPA ALAIHOM GAMBRENG. Akan tetapi, permainan tradisional tersebut lambat laun mulai punah. Punah karena lahan yang digunakan untuk bermain mulai menyempit. Dan yang pasti, punahnya permainan tradisional disebabkan kalah pamor dengan permainan-permainan modern saat ini alias sepi peminat. Dunia anak adalah dunia bermain. Sebagai seorang guru, tentunya kita harus mengetahui apa yang disukai siswa. Tidak ada salahnya, seorang guru memberikan wadah dan mengajarkan serta mengajak siswa untuk memainkan permainan tradisional. Gubuk permainan tradisional merupakan wadah kegiatan ekstrakulrikuler bagi siswa dengan memfokuskan pengembangan karakter siswa. Selain itu, di gubuk ini anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi ide dan berkreativitas dengan permainan tradisional. Memodifikasi alat-alat permainan tradisional sesuai dengan kreativitas menjadi salah satu pilihan kegiatan yang dapat mendorong pengembangan nilai rasa ingin tahu dan kreatif. Kegiatan ini di dampingi oleh guru agar proses pengembangan nilai-nilai karakter siswa yang terkandung dalam permainan tradisional dapat berjalan optimal pada diri peserta didik dan nilai tersebut dapat berkembang secara optimal dalam diri peserta didik. Sikap cinta budaya bangsa juga turut dipupuk ketika anak-anak lebih memilih untuk memainkan permainan tradisional daripada permainan modern. Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dapat dikembangkan dalam permainan tradisional antara lain: No Nilai Deskripsi 1 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 2 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 3 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 4 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 5 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 6 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 7 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 8 MenghargaiPrestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 9 Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain 10 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 11 Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Permainan tradisional memberikan banyak manfaat bagi perkembangan karakter siswa. Beberapa jenis permainan tradisional yang telah dimainkan oleh para siswa yaitu; 1. Permainan Tradisional Dakon. Saat memainkan dakon anak dilatih bernegoisasi untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu memulai permainan. Kemampuan motoriknya pun terasah tatkala ia memegang biji-bijian untuk dimasukkan pada lubang-lubang papan dakon. Sportifitas dan kejujuran anak pun dilatih pada saat tidak melakukan kecurangan dalam bermain. Ini adalah foto siswa sedang bermain dakon. permainan dakon 2. Permainan Tradisional Ular Naga Permainan ini dimainkan secara berkelompok dua orang anak menjaga gerbang dan sisanya membentuk barisan seperti ular. Sambil menyanyikan lagu kelompok yang membentuk barisan seperti ular berputar sambil melewati terowongan atau gerbang yang dijaga dua orang tersebut, dan ketika lagunya habis dua penjaga gerbang menangkap salah satu anak untuk dijadikan penjaga berikutnya, dan si anak tersebut memilih untuk ditempatkan di salah satu gerbang dan seterusnya. Berikut lagu ular naga yang dinyanyikan “Ular naga panjangnya bukan kepalang, Menjalar-jalar selalu kian kemari, Umpan yang lezat itulah yang dicari, Ini dianya yang terbelakang” tentu saja lagunya bisa diganti sesuai kesepakatan pemain. Dalam permainan ini siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi sosial dengan teman sebayanya. 3. Permainan tradisional Cublak-Cublak Suweng. Permainan tradisional dari provinsi  Jawa Tengah ini, ternyata memiliki banyak manfaat diantaranya memberikan pengetahuan dan  melatih skill, salah satunya kerja sama, kepemimpinan, dan mengatur strategi. Ini adalah foto siswa sedang bermain Cublak-Cublak Suweng.

cublek-cublek suweng 4. Permainan Tradisional Kucing-kucingan, seluruh siswa membuat lingkaran, sambil berdiri merentangkan tangan dan saling bergandengan, kecuali “kucing” berdiri di tengah dengan mata tertutup. Seluruh peserta yang membuat lingkaran terus berputar atau bergerak hingga salah seorang tertangkap. “Kucing” yang berhasil menangkap lawannya harus menerka siapa nama lawannya. Dalam permainan ini sikap demokrasi akan terwujud pada saat pemilihan yang akan menjadi ‘‘kucing’’ dengan suit. Kerja keras siswa yang bertindak sebagai kucing, selain itu, sikap kerjasama juga dikembangkan pada saat pemain mengelabui si ‘‘kucing’’ agar temannya tidak tertangkap. Ini adalah foto siswa sedang bermain kucing-kucingan
kucing-kucingan
kucing-kucingan
kucing-kucingan 5. Permainan tradisional Kelereng Ada ‘aturan’ yang harus ditaati selama permainan, aturan tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan kelompok yang harus ditaati oleh semua kelompok. Aturan dibuat sendiri untuk ditaati sendiri, tidak seperti pejabat kita yang bikin aturan sendiri tapi dilanggar sendiri. Manakala aturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota kelompok permainan, maka buyarlah permainan tersebut. Pelajaran yang sangat menonjol dalam permainan kelereng tersebut adalah nilai kejujuran, apabila ada salah satu anggota kelompok permainan tersebut tidak jujur maka permainan dipastikan akan berakhir. Ternyata pelajaran kejujuran tidak bisa hanya diteorikan semata di dalam kelas, tapi harus langsung dipraktikkan, seperti dalam permainan kelereng tersebut. Dalam permainan kelereng memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan karakter dan sikap positif dalam segala aktifitasnya terutama sifat kejujuran dan fairness. Kebiasaan bersikap dengan nilai-nilai yang benar merupakan landasan yang kuat dalam menjalin hubungan dengan orang lain di masa yang akan datang. Ini adalah foto siswa sedang bermain kelereng
permainan kelereng
permainan kelereng
permainan kelereng Selain melalui kegiatan ekstrakurikuler, guru juga bisa memanfaatkan waktu istirahat senggang di sekolah menjadi salah satu sarana berkembangnya suatu budaya sekolah. Dalam rangka pengembangan karakter siswa, waktu istirahat di sela-sela jam belajar bisa dijadikan wahana sosialisasi permainan tradisional sebagai bagian dari budaya bangsa, sekaligus menginternalisasikan nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya. Tentunya, masih banyak permainan tradisional yang bisa diajarkan untuk dimainkan oleh siswa. Kalo bukan kita yang bergerak untuk mengenalkan permainan tradisional yang kaya akan nilai-nilai karakter kepada generasi penerus banga, terus siapa lagi? jangan menunggu sampai warisan budaya kita yang sangat berharga ini di klaim oleh Negara lain. SALAM @yennyarti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun