Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Local Stand Up Comedy Day, Bukan untuk yang Baperan

13 April 2018   09:56 Diperbarui: 13 April 2018   10:09 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Anies Baswedan mencoba melucu (dok.tribunnews.com)

Saya lupa kapan terakhir kali terpingkal-pingkal karena sebuah lawakan. Sesungguhnya saya suka dengan humor. Dulu jamannya Trio Bagito, saya sampe bela-belain datang ke radio SK di bilangan Pakubuwono Jakarta hanya untuk mendengarkan mereka rekaman lawak. Generasi U alias Uzur pasti tau ya soal Trio Bagito. Biar saya nggak berasa tua, buat yang nggak tau siapa itu Trio Bagito mending tanya opa gugel aja deh. Pokoknya.. dulu Trio Bagito tuh te o pe be ge te.

Setelah grup lawak yang ngetop di tahun 90 an itu meredup, saya masih bisa ngakak ketika nonton Ketoprak Humor. Ketoprak Humor adalah versi lebih modern dari hiburan ketoprak yang konvensional. Bahasa dan latar belakang ceritanya masih soal Jawa tapi acara ini kerap menghadirkan bintang-bintang top di jamannya selain pemain tetap dari grup Srimulat. Ketoprak Humor yang hits di era 90 hingga 2000 an bikin saya rela mantengin tipi.

Kelar Ketoprak Humor saya absen dari nonton lawak karena rata-rata lawak yang muncul setelah era ini garing menurut saya. Cuman modal slapstik alias mempertontonkan adegan dorong-dorongan, jorok-jorokan atau tendang-tendangan ketimbang mengolah kelucuan melalui kata-kata. Kalaupun ada kata-kata digunakan buat melucu, yang keluar malah kata-kata hinaan dan cercaan yang sama sekali nggak lucu. Namun saya tak protes juga ketika acara lawak seperti ini lama bertahan karena ratingnya tinggi. Artinya... banyak yang menyukai jenis lawakan seperti ini.

salah satu komika (dok.yayat)
salah satu komika (dok.yayat)
Kemudian beberapa tahun belakangan, istilah Stand Up Comedy mulai sering terdengar. Dari hasil bertanya pada opa gugel, Stand Up Comedy adalah satu genre lawakan yang pelawaknya (disebut juga komika) membawakan lawakan di atas panggung seorang diri, secara langsung di hadapan penontonnya. Ia bermonolog mengenai sebuah topik dan mengolah topik itu menjadi lawakan yang lucu.

Awalnya saya melihat ini aneh dan takjub komika nya nggak mati gaya gitu ngomong sendirian di depan penonton dan herannya... lawakannya lucu. Meski belum sampai tertawa terpingkal-pingkal ketika melihat seorang komika beraksi, namun saya mulai melirik jenis lawakan ini. Lalu ketika nanya lebih detail mengenai Stand Up Comedy ke opa gugel, saya baru tau bahwa Jim Carrey, Bill Cosby dan Chris Rock itu aktor film ngetop yang adalah seorang komika juga. Sungguh saya kudet.

Meski saya rada tertarik, namun Stand Up Comedy belum menjadi tontonan yang saya tunggu seperti setianya saya menunggu Ketoprak Humor. Kayaknya selera humor saya emang hilang ya dan butuh waktu perlahan untuk membangkitkannya lagi (taelah). Maka ketika saya diajak menonton Local Stand Up Day di daerah Kuningan Jakarta pada 7 April lalu, saya nggak menolak tapi nggak antusias juga. Biasa aja (Gibran dotkom).

rundown (dok.yayat)
rundown (dok.yayat)
Terlebih ketika saya diinfo bahwa acara ini menghadirkan 30 komika dan berlangsung sejak jam 4 sore hingga jam 10 malam. Whatttt... lama banget. Saya nggak yakin deh bisa bertahan sampai akhir menonton acara guyonan ini. Ya udah jam 7 pulang deh.. paling nggak rame juga, pikir saya. Ndilalahnya saya terkedjoet ketika sampai di lokasi. Loket tiket diantri para pembeli. Tiket dijual dengan harga 550 ribu untuk kelas Platinum, 425 ribu untuk kelas Gold dan 300rb untuk kelas Silver. Tiket ludes kata teman saya... luar biyasah.

Berjalan menuju ruang tempat berlangsungnya acara, ada papan panjang terbentang berisi gambar-gambar para Komika yang mengisi acara malam itu. Mohon maap saya kenalnya Panji Pragiwaksono dan Joshua Suherman doang. Beberapa yang lain pernah saya liat di tipi tapi saya nggak kenal namanya. Terdengar suara dari dalam ballroom, tanda acara sudah dimulai. Saya bergegas masuk dannnnn ruangan ballroom itu penuh sesak dengan penonton. Ada seribuan orang kali ya.. atau lebih.

Satu persatu komika berdiri di panggung membawakan guyonan. Lawakan yang dibawakan bener-bener "jujur" dan tanpa sensor. Dari joroknya toilet.. sampe joroknya adegan blue film... dari yang ngebully diri sendiri sampe ngebully agama lain.. ... semua tersaji lengkap. Pernah tau komika Joshua Suherman yang dilaporkan polisi karena dituduh menista agama kan ya? Kata-kata Joshua yang dilaporin itu nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan komedi yang diawakan para komika malam itu. No sensor boooo..

Pak Anies Baswedan on stage (dok.yayat)
Pak Anies Baswedan on stage (dok.yayat)
Makanya penonton dilarang merekam acara ini dalam bentuk apapun karena kalau tersebar dan ditonton orang-orang baper di luar sana, bisa gawat akibatnya. Lalu apakah saya baper melihat semua hal menjadi bahan olokan di acara ini? Tidak! Saya ketawa ngakak dari awal sampai akhir. Begitu pula para penonton yang hadir. Anak muda di sebelah saya malah ketawa sambil jongkok saking hebohnya.. suer lho. Saya mungkin akan ketawa sampai koprol saat mendengar lawakan Aldes tentang Kristen, kalo nggak inget umur.

Sesungguhnya para komika ini nggak sekedar mengolok-olok kondisi yang terjadi di negara kita karena kondisi itu benar adanya. Betapa isu sensitif selalu berujung pada tuduhan penistaan. Kemudian hal-hal yang vulgar berujung pada tuduhan mesum. Komika mengangkat kondisi ini dan kita tertawa karena menyadari lucunya kondisi kita. Thanks to para komika. Thanks juga sudah membuat saya betah 6 jam menonton acara tanpa sedikitpun berpikir untuk pulang.

Mengolah isu sensitif menjadi guyonan tak akan berhasil jika penontonnya baperan. Maka kalau Anda memutuskan menonton stand up comedy tanpa sensor macam Local Stand Up Comedy Day, kosongkan pikiran dan bukalah hati.. jangan baper. Kalau baper saya yakin Anda akan masuk hutan dan lari ke pantai sambil teriak "kamuuuuhhhh jahaappppp!" (ter-aadc). Kalau nggak kuat nonton, jangan dipaksa, karena itu berat, biar saya aja yang nonton (ter-dilan).

beberapa komika pendukung acara (dok.yayat)
beberapa komika pendukung acara (dok.yayat)
Salut saya untuk para komika. Lawakan diangkat ke level yang lebih tinggi karena mereka. Emang gampang apah ngomongin isu sensitif tapi kudu lucu. Ada teknik-teknik yang kudu mereka pelajari sebelum sukses menjadi komika dan pastinya itu susah. Makanya dari jajaran para komika yang hadir di acara kemarin tak ada komika perempuan, semuanya laki-laki. Apa perempuan susah melucu? Atau belum ada komika perempuan yang ngelawaknya menarik hati Majelis Lucu Indonesia, penyelenggara acara ini.

Makanya saya maklum ketika Gamila, yang mana adalah istri Panji Pragiwaksono, naik ke panggung dan me-roasting suaminya. Karena Gamila melenyapkan tawa yang saya jaga sejak awal acara. Maklumi aja ya.. karena Gamila bukan komika, jadi ya nggak bikin ketawa. Untungnya acara Local Stand Up Comedy Day yang heboh itu ditutup dengan mystery guest yang di luar dugaan.. pak Anies Baswedan. Apa pak Anies Baswedan bisa melucu? Buat saya.. pak Ahok jauhhhh lebih lucu. Maap pak Anies... saya pilih pak Ahok (eehhh).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun