Karena akses jalannya yang terputus, para warga terdampak juga kesulitan untuk mencari makan dan air bersih. Mereka hanya mengandalkan bantuan dari dermawan atau sekadar memasak mie instan. Untuk air bersih, mereka mengandalkan air dari genset. Sayangnya, genset yang mereka gunakan memerlukan bensin yang juga sulit didapatkan.
5. Â Â Â Â Trauma yang Terus Menghantui Korban
Trauma masih tersisa, bahkan setelah hampir dua bulan berlalu. Mereka masih tidak berani untuk kembali ke rumah. Kalaupun kembali ke rumah, hanya untuk mengambil sisa-sisa barang yang masih tertinggal dan bisa diselamatkan. Saat longsor terjadi, tidak ada barang-barang atau pakaian yang bisa mereka bawa kecuali pakaian yang sedang mereka pakai.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus berikhtiar membantu mereka yang terdampak banjir dan longsor. Beberapa upaya ACT dalam menangani bencana ini yaitu dengan membuka posko di beberapa titik di wilayah Jabodetabek, dengan total mencapai 15 posko yang sudah dibuka oleh ACT. Selain itu, tim Disaster and Emergency Response (DERM) -- ACT juga menurunkan tujuh regu di beberapa titik wilayah yang terdampak banjir. Para regu ini  juga akan terus memantau perkembangan banjir di lokasi-lokasi terdampak. Sesulit apa pun lokasi yang harus ditempuh, dan bagaimanapun keadaannya, yang terpenting warga terdampak tetap harus diselamatkan dan didampingi. Untuk itu, mari bantu ringankan beban dan penderitaan mereka melalui https://indonesiadermawan.id/BanjirJabarBanten .