Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampung Seupang Kini Nihil Penduduk

20 Februari 2020   18:22 Diperbarui: 20 Februari 2020   18:24 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jahaedi sambil menggendong anaknya berada di depan bekas rumahnya yang hancur akibat banjir bandang di Kampung Seupang, Pajagan, Sajira, Lebak, Sabtu (15/2). (ACTNews/Eko Ramdani)

ACTNews, LEBAK -- Tak ada lagi keramaian warga di Kampung Seupang, Desa Pajagan, Sajira, Lebak sejak awal tahun 2020. Ratusan penduduknya meninggalkan kampung, mengungsi ke tempat yang lebih aman. Banjir bandang yang melanda pada Rabu (1/1) lalu jadi penyebabnya. Ketinggian air yang bercampur lumpur yang mencapai sekira lima meter membawa harta benda dan menghancurkan tempat tinggal warga.

Tercatat pada 1 Januari 2020, jumlah penyintas dari Kampung Seupang mencapai 290 jiwa. Usia anak-anak hingga lansia untuk sementara bertahan di rumah tetangga mereka yang tak terdampak banjir bandang, posisinya berada lebih tinggi dari Kampung Seupang.

Sekitar 70 rumah di Kampung Seupang hancur akibat diterjang banjir bandang. Satu bangunan sekolah serta masjid ikut hancur. Sisa lumpur kini mengendap di perkampungan, tingginya 30 hingga 100 sentimeter. Tidak ada warga yang ingin kembali ke kampung itu lagi, mereka meninggalkannya bersama seluruh harta.

Juhaedi salah satunya. Kini ia mendirikan tenda sebagai tempat berteduh sementara untuk anak dan istrinya. Pria yang sebelumnya membuka usaha bengkel di rumahnya di Kampung Seupang tak ingin kembali ke rumahnya, walau sekarang sudah surut. "Enggak mau lagi balik ke sini (Seupang), takut," katanya saat menemani tim ACTNews melihat lokasi terdampak banjir bandang, Senin (17/2).

Serupa Jahaedi, Hidayat juga tak ingin kembali ke Kampung Seupang. Ia ingin pindah tempat tinggal karena trauma banjir bandang yang menurutnya sangat mengerikan. "Air mulai kelihatan naik dari jam 6 pagi. Jam 9 banjir bandang datang," kenang Hidayat saat bencana terjadi di awal tahun 2020 itu.
Kampung Seupang berada persis di tepian aliran Sungai Ciberang. Sungai ini merupakan bagian aliran air dari Waduk Karian di Rangkasbitung. Kampung Seupang juga menjadi salah satu kampung yang diminta untuk dikosongkan karena masuk daerah rawan bencana jika sewaktu-waktu debit air dari Waduk Karian tinggi.
Namun, bencana terlebih dahulu datang sebelum Kampung Seupang benar-benar ditinggalkan penduduknya. Seluruh bangunan hancur diterjang banjir, tidak menyisakan apapun, kecuali sisa bangunan yang penuh dengan lumpur.

Tercatat sekitar 70 kepala keluarga dari Kampung Seupang mengungsi tak jauh dari lokasi terdampak bencana. Mereka mendiami lahan yang sebelumnya berupa kebun bambu. Sebanyak 43 tenda terpal berdiri untuk menampung 285 jiwa terdampak banjir bandang.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun