"Maa," Utari menggelayut manja di lengan sang Mama.
"Jangan kayak gini, malu! Nanti kalo diliat Mas Bagus, dikiranya kamu belum ikhlas jadi istri dia."
"Mama, kok gitu!"
"Iya, sekarang tempat buat manja-manja itu suami kamu."
Rika mendorong tubuh Utari yang masih saja bergayut di tangannya. Mereka berdua kemudian membawa nampan berisi puding coklat dan buah segar yang tertata rapi di keranjang. Mereka masih bercanda sepanjang perjalanan singkat menuju ruang keluarga.
"Dulu, Mama kamu itu paling suka traktir teman-temannya dengan puding coklat caramel ini. Siapa yang sangka, jika aku dapat menikmatinya lagi setelah bertahun-tahun."
"Menurut Bapak, rasanya lebih enak yang dulu apa yang sekarang?" Utari mengambil sebutir apel Fuji dari atas meja. Dia sudah bosan menikmati puding buatan Mamanya, hingga dia memilih buah untuk dinikmati.
"Ehm, gimana ya?" Pak Hadi melirik sejenak kepada Rika yang duduk di sampingnya, "ini lebih terasa nyoklat daripada yang sering dibawa Mama kamu ke Sekolah. Iya, kan Rik?"
Rika hanya tersenyum kecil, "Sebenarnya ucapan kamu emang bener, sih. Dulu kan, aku masih anak sekolah. Jadi, uangnya pas aja buat beli bahan-bahan. Aku dulu pilih yang murah, tapi semua dapet."
"Terus yang sekarang, ini pasti produk unggulan yang banyak disukai konsumen kamu, kan?"
"Kok, Mas Hadi tau?"