"Ibu masih butuh pegawai?" tanya Raka.
Ibu itu menatapnya sebentar, lalu mengangguk. "Bisa mulai hari ini?"
"Bisa."
Dan begitu saja, ia mendapatkan pekerjaan.
Hari-harinya kini diisi dengan menyusun barang, mengangkat karung beras, dan melayani pelanggan. Tidak ada meja kerja, tidak ada komputer, tidak ada rapat panjang yang membosankan. Upahnya cukup untuk makan dan sedikit tabungan.
Suatu hari, saat ia sedang menata rak, ponselnya bergetar. Sebuah email masuk.
Sebuah perusahaan memanggilnya untuk wawancara.
Raka menatap layar ponselnya, lalu tertawa kecil. Ia teringat kata-kata Pak Hasan. Tuhan memang tidak membiarkan orang kelaparan, selama orang itu mau bergerak.
Malamnya, ia duduk di teras kontrakan, menatap langit.
Mungkin, pikirnya, ikhlas bukan tentang menerima keadaan dengan pasrah.
Ikhlas adalah keputusan untuk terus melangkah.